Benarkah Tubuh Manusia Perlu Berhari-hari untuk Mencerna Mi Instan? Ini Fakta Sebenarnya
Karena karakteristik tersebut, mi instan kerap diasosiasikan dengan pencernaan yang terasa lebih lambat. Meski demikian, secara medis mi instan tetap dapat dicerna tubuh dalam hitungan jam. Sensasi begah atau perut terasa penuh setelah mengonsumsinya lebih berkaitan dengan kandungan lemak yang dapat memperlambat pengosongan lambung, sehingga makanan bertahan lebih lama sebelum masuk ke usus halus.
Fenomena serupa juga kerap dialami setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak lainnya, seperti gorengan, makanan bersantan kental, atau fast food. Pada jenis makanan tersebut, keluhan seperti cepat begah atau perut terasa penuh juga sering muncul, terutama jika dikonsumsi dalam porsi besar.
Dalam konteks mi instan, kandungan lemak tidak hanya berasal dari proses penggorengan mi saat produksi, tetapi juga dari minyak dalam bumbu instan. Meski demikian, jumlah lemak dalam satu porsi mi instan umumnya tidak jauh beda dengan porsi gorengan atau makanan cepat saji lainnya. Artinya, rasa begah yang muncul lebih dipengaruhi oleh kombinasi lemak, rendahnya serat, dan pola konsumsi, bukan karena mi instan tidak tercerna atau "menempel" dalam tubuh.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ultra-processed food (UPF) secara berlebihan berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan pencernaan, obesitas, diabetes tipe 2, hingga penyakit kardiovaskular. Risiko ini lebih dipengaruhi oleh pola dan frekuensi konsumsi jangka panjang, bukan dari konsumsi sesekali.