Menu

Di Darfur, Warga Sipil Membayar Harga Mahal Dalam Bentuk Nyawa Akibat Gelombang Baru Kekerasan yang Mematikan

Devi 10 Aug 2020, 10:29
Di Darfur, Warga Sipil Membayar Harga Mahal Dalam Bentuk Nyawa Akibat Gelombang Baru Kekerasan yang Mematikan
Di Darfur, Warga Sipil Membayar Harga Mahal Dalam Bentuk Nyawa Akibat Gelombang Baru Kekerasan yang Mematikan

Di el-Geneina, rasa sakit yang dialami para pengungsi yang selamat dan kerabat korban terlalu berat.

"Daerah setempat sekarang penuh dengan janda dan duka," kata Arbab. "Saya tidak bisa tinggal bersama mereka, menyedihkan melihat mereka, mereka menolak untuk makan atau minum."

Buthaina Ali, yang, seperti Arbab, berasal dari desa Nguoro, melarikan diri bersama ibu dan neneknya setelah serangan di Masteri.

"Kami tahu ketika mereka menyerang satu desa di dekatnya, mereka akan mendatangi kami juga, jadi kami meninggalkan semuanya dan datang ke sini," kata pria berusia 25 tahun itu.

Al-Bashir telah dipenjara di Khartoum sejak penggulingan militernya tahun lalu menyusul protes selama berbulan-bulan terhadap pemerintahannya selama 30 tahun. Mantan presiden itu dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan perang, genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik Darfur, yang telah menewaskan sekitar 300.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi. Perang telah melambat dalam beberapa tahun terakhir tetapi belum berakhir meskipun ada gencatan senjata, dengan faksi-faksi yang bertikai merundingkan kesepakatan damai dengan pemerintah transisi Sudan yang berkuasa tahun lalu.

Dewan Berdaulat Sudan, yang ditugaskan untuk memimpin Sudan ke pemilihan umum pada tahun 2022, telah menjadikan pengakhiran berbagai konflik di Sudan sebagai salah satu prioritas utamanya. Menurut delegasi yang bernegosiasi dengan kelompok bersenjata, al-Bashir dapat hadir di hadapan jaksa ICC, meskipun masih belum jelas bagaimana hal ini bisa terjadi.

Halaman: 123Lihat Semua