Greenpeace Lakukan Penyelidikan Ketika Seekor Lumba-lumba Mati Terdampar di Dekat Tumpahan Minyak Mauritius
"Ini hari yang mengerikan. Kami melihat lumba-lumba ini berenang ke pantai dalam kesusahan dan kemudian mati," kata Dowarkasing, mantan anggota parlemen. "Kami belum pernah melihat kematian mamalia laut yang sangat cerdas seperti ini. Tidak pernah."
Jasvin Sok Appadu, pejabat pemerintah dari kementerian perikanan, menyebutkan angka 17.
"Lumba-lumba yang mati itu memiliki beberapa luka dan darah di sekitar rahang mereka, namun tidak ada jejak minyak. Yang selamat, sekitar 10, tampak sangat lelah dan hampir tidak bisa berenang," kata Appadu kepada kantor berita Reuters.
Seorang juru bicara kelompok lingkungan Mauritian lokal Eco-Sud menyerukan agar hasil otopsi diumumkan ke publik dan mengatakan kelompok itu ingin hadir selama otopsi "untuk lebih memahami mengapa lumba-lumba mati", tetapi masih menunggu tanggapan dari pihak berwenang.
Yang mengkhawatirkan, kantor berita AFP melaporkan setidaknya sembilan paus berkepala melon juga terdampar di pantai negara itu. Hewan-hewan tersebut, beberapa di antaranya masih hidup ketika ditemukan dan kemudian mati, terdampar di pantai tenggara Grand Sable, dan beberapa di antaranya tampak terluka.
Pejabat pemerintah daerah Preetam Daumoo mengatakan kepada AFP bahwa dia telah melihat 13 paus mati dan satu masih hidup. Pihak berwenang memasukkan beberapa jenazah ke bagian belakang van untuk diotopsi. Daumoo, seperti warga lainnya, mengatakan dia khawatir hewan yang terdampar ini akibat kapal kandas dan menumpahkan lebih dari 1.000 ton bahan bakar ke perairan yang masih asli.