Menu

Terjebak di Guantanamo Selama 12 Tahun, Kesehatan Para Narapidana Asal Afghanistan Ini Diujung Tanduk

Devi 21 Dec 2020, 09:55
Terjebak di Guantanamo Selama 12 tahun, Kesehatan Para Narapidana Asal Afghanistan Ini Diujung Tanduk (foto : Guardian)
Terjebak di Guantanamo Selama 12 tahun, Kesehatan Para Narapidana Asal Afghanistan Ini Diujung Tanduk (foto : Guardian)

Basit mengatakan pengurungan saudara laki-lakinya menghancurkan keluarga mereka, terutama ibu mereka yang sakit dan istri serta anak-anak Rahim. “Ketika sesuatu yang sebesar itu terjadi pada Anda di masa kanak-kanak, itu berdampak besar pada Anda,” kata Basit, seraya menambahkan bahwa kedua anaknya, Ibrahim (26) dan Ismail (25), menghabiskan sebagian besar masa kanak-kanak formatif mereka tanpa ayah mereka.

“Yang lebih muda mengenalnya hanya dari foto-foto yang mereka lihat tentang dia,” tambahnya.

"Di seluruh dunia, tidak ada upaya siapa pun, tidak ada cinta yang sebanding dengan apa yang akan Anda temukan di tangan ayah Anda sendiri."

Rahim lahir di distrik Chaparhar di provinsi Nangarhar Afghanistan. Seperti banyak orang Afghanistan yang melarikan diri dari perang saudara, keluarganya melarikan diri ke Pakistan ketika dia baru berusia 12 tahun. Pada usia 16 tahun, ia bergabung dengan Mujahidin, pejuang bersenjata Afghanistan yang melancarkan pemberontakan melawan tentara pendudukan Soviet pada 1979.

Pemberontak Mujahidin didukung oleh koalisi internasional termasuk AS, Pakistan, Cina dan Arab Saudi. Mereka dipersenjatai dan didanai oleh Operasi Cyclone oleh CIA dari 1979 hingga 1989. Setelah penarikan Soviet pada tahun 1989, Rahim kembali ke kehidupan sipil di Pakistan di mana dia bekerja sebagai guru di sebuah kamp pengungsi di Peshawar, dan kemudian sebagai pedagang. Di fasilitas Guantanamo, Rahim menjadi sasaran "penggunaan ekstensif" teknik interogasi CIA yang ditingkatkan, termasuk waterboarding, posisi stres, dan kurang tidur.

Dia ditanyai tentang ancaman terhadap AS dan lokasi pemimpin al-Qaeda, tetapi gagal memberikan informasi intelijen, menurut laporan Komite Intelijen Senat. Laporan tersebut mengatakan sesi kurang tidur berlangsung hingga 180 jam selama sebulan di mana dia "biasanya dibelenggu dalam posisi berdiri, mengenakan popok dan celana pendek", dan mengalami "manipulasi pola makan, cengkeraman wajah, tamparan wajah, tamparan perut, dan perebutan perhatian ”.

Halaman: 345Lihat Semua