Menu

Kisah Waloejo Sedjati Korban Politik Peristiwa G30S PKI, Dari Orang Buangan dan Jadi Dokter Spesialis Bedah Cemerlang di Perancis

Devi 30 Sep 2021, 10:33
Foto : https://serikatnews.com/
Foto : https://serikatnews.com/

Sejak itu, Waloejo Sedjati menjadi manusia tanpa negara, bagai layang-layang putus, tak tahu ke mana angin mengibaskannya. “Aku bukan siapa-siapa lagi. Hanya seorang pengembara tanpa identitas,” katanya.

Bekalnya kini sebagai manusia hanya satu buku kecil tipis yang diperpanjang setiap dua tahun: Izin Tinggal Orang Asing di Korea Utara.

Dalam status tak jelas itu, toh ia tetap melanjutkan kuliah. Ia lulus menjadi dokter setelah sembilan tahun. Saatnya meninggalkan Korea Utara. Tapi hendak ke mana?

Pada 5 Maret 1970, Waloejo meninggalkan Pyongyang dengan keharuan yang dalam. Ia hanya menyalami piket penjaga, seorang pengurus kantin dan dua staf yang mengurusi makanannya bertahun-tahun lamanya, lalu seorang guru pembimbing yang menyerahkan paspor dan tiket pesawat. Waloejo menuju Moskwa.

Di ibukota Uni Soviet itu, akhirnya ia tahu, ada ratusan mahasiswa Indonesia ikatan dinas yang belajar di berbagai perguruan tinggi, puluhan di antaranya di Universitas Patrice Lumumba. Mereka semua “orang-orang yang terhalang pulang”, orang Indonesia yang paspornya telah dicabut, tak diakui sebagai warga negara oleh pemerintah Orde Baru.

Waloejo kemudian masuk Universitas Patrice Lumumba, ia mendalami ilmu bedah sembari berpraktik di sebuah rumah sakit. Ia juga menjalankan penelitian untuk gelar doktor di bawah bimbingan Profesor Chumakov, perintis transplantasi jantung di Uni Soviet. Keahlian Waloejo yang terasah adalah operasi transplantasi buah zakar dari mayat korban kecelakaan yang masih segar ke pasien dengan masalah scrotum! Dalam rentang 1973-1980, ia sukses melakukan operasi pemindahan biji lelaki itu setidaknya 30 kali.

Halaman: 456Lihat Semua