Menu

Covid-19 Menguntit Penduduk Desa Indonesia yang Melarikan Diri Dari Erupsi Gunung Semeru

Devi 10 Dec 2021, 15:24
Foto : Aljazeera.com
Foto : Aljazeera.com

Mungkin juga ada alasan lain mengapa letusan Gunung Semeru dapat memperburuk pandemi COVID-19 di Indonesia: perpindahan sebagian besar penduduk setempat. Salah satu warga yang mengungsi, Siyamti Anggraeni, 30 tahun, tinggal di kaki Gunung Semeru di desa Curah Kobokan.

Dia telah melihat gunung meletus tiga kali sebelumnya, tetapi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia belum pernah menyaksikan sesuatu yang menakutkan seperti peristiwa Sabtu sore. “Atap rumah saya dihantam kerikil. Saya tidak tahu berapa kilometer saya berlari dengan orang lain di desa saya. Kami hampir tidak bisa melihat apa-apa karena awan abunya sangat tebal,” katanya.

“Udara terasa panas menyengat. Banyak tetangga saya yang masih hilang. Abu dan lumpur setinggi rumah di beberapa tempat. Kami bahkan tidak bisa mencari apa-apa karena lumpurnya masih panas.”

Siyamti dan keluarganya kini berlindung di balai adat di desa Penanggal di Jawa Timur bersama sekitar 30 orang lainnya. Dr Irandi khawatir kedekatan tempat para pengungsi terpaksa tinggal dapat menempatkan mereka pada risiko tertular COVID-19 dari pengungsi lain.

Pada Oktober 2021, sebuah studi oleh Institute of Applied Sciences di Rwanda dan Universitas Pertanian dan Teknologi Jomo Kenyatta menemukan bahwa setelah Nyiragongo meletus di Republik Demokratik Kongo pada Mei, ada peningkatan kasus COVID-19 di negara tetangga Rwanda. . Sekitar 8.000 orang Kongo melintasi perbatasan untuk melarikan diri dari gunung berapi, memperburuk penyebaran virus, kata para peneliti.

Terlepas dari studi pendahuluan dan pengetahuan dokter tentang risiko menghirup abu pasca letusan gunung berapi, perlu waktu sebelum mereka mengetahui efek sebenarnya dari letusan Gunung Semeru di tengah pandemi COVID-19.

Halaman: 345Lihat Semua