Sri Lanka Bangkrut, Akhir dari Salah Kebijakan dan Hutang Negara
Pada saat yang sama, Ranil mengungkapkan bahwa negara memiliki utang sebesar 700 juta dolar AS dari perusahaan minyak milik negara yakni Ceylon Petroleum Corporation.
"Akibatnya, tidak ada negara atau organisasi di dunia yang bersedia menyediakan bahan bakar kepada kami. Mereka bahkan enggan menyediakan bahan bakar untuk uang tunai," lanjutnya.
Negara Sri Lanka diketahui terus berjuang dengan utang luar negeri yang luar biasa. Beban tersebut ditambah dengan dampak pandemi Covid 19, salah satunya hilangnya pendapatan pariwisata dan meningkatnya biaya komoditas masyarakat.