Menilik Perjalanan Kehidupan Pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Al Asy’ari
Waktu dalam kandungan dan kelahiran KH.M. Hasyim Asy'ari, Ibunya Halimah bermimpi melihat bulan purnama jatuh ke dalam rahimnya.
Sewaktu kecil ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Ngedang, hal ini berlangsung selama enam tahun. Setelah itu beliau mengikuti orang tuanya yang pindah ke Desa Keras yang terletak di sebelah selatan Jombang, dan di desa tersebut Kiai Asy'ari mendirikan pesantren bernama Asy'ariyah.
Memiliki prinsip belajar sejak dini dan lingkungan kehidupannya yang mendukung yaitu tinggal di lingkungan pesantren, sehingga wajar jika nilai-nilai pesantren sangat meresap dalam dirinya, begitu juga dengan nilai-nilai pesantren dapat dilihat bagaimana ayah dan ibunya memberikan bimbingan kepada mereka. santri, dan bagaimana santri hidup sederhana penuh keakraban dan gotong royong.
Budaya dalam keluarganya itulah yang mengawali dirinya pertama kali belajar ilmu agama dari kakek dan neneknya. Kampung Keras membawa perubahan hidup yang pertama kali baginya, disini awalnya ia mendapat pelajaran agama yang luas dari ayahnya yang pada saat itu adalah pendiri dan pengurus Pondok Pesantren Asy'ariyah.
Pada usia 15 tahun, KH Hasyim Al Asy'ari memutuskan untuk mengembara ke Berbagai Pesantren. Muhammad Hasyim memulainya dengan menimba ilmu di pesantren ternama di Jawa, khususnya Jawa Timur. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Wonorejo di Jombang, Wonokoyo di Probolinggo, Tenggilis di Surabaya, dan Langitan di Tuban, kemudian Bangkalan, Madura.
Setelah kurang lebih lima tahun belajar di Madura tepatnya tahun 1307 H/1891 M, akhirnya ia kembali ke Jawa, belajar di pondok pesantren Siwalan, Sono Sidoarjo, di bawah bimbingan KH Ya'qub yang terkenal dengan ilmunya. ilmu nahwu dan shorof. Selang beberapa waktu, Kiai Ya'qub semakin dekat dengan santri tersebut dan semakin tertarik untuk menjadi menantunya.