Pengkomposan Jasad Manusia jadi Tren di 12 Negara, Klaim lebih Ramah untuk Bumi

"Salah satu hal yang saya sadari adalah bahwa saya tidak cocok secara pribadi dengan pilihan yang ada. Saya tidak ingin dikubur dan tidak ingin dikremasi," kata Harries.
Harries menyebut kremasi telah menjadi tren terbesar di ruang pemakaman selama beberapa dekade terakhir, karena harganya yang lebih murah dan lebih nyaman dibandingkan dengan layanan pemakaman tradisional.
Menurut Asosiasi Kremasi Amerika Utara, sekitar 60 persen orang yang meninggal di AS dikremasi.
Namun, kremasi mencemari iklim, karena menggunakan sebagian besar gas alam untuk menyalakan tungku yang membakar mayat. Sementara itu, penguburan tradisional menggunakan bahan kimia termasuk formaldehid dan bahan kimia lainnya yang digunakan dalam cairan pembalseman.
Pengomposan manusia membutuhkan waktu yang sangat singkat untuk menyelesaikannya. Jenazah dibungkus dengan kain kafan yang dapat terurai secara hayati dan ditempatkan di dalam kapsul logam panjang, dikelilingi dengan campuran serpihan kayu, mulsa, dan bunga-bunga liar.
Saat terurai, tubuh melepaskan nitrogen dan bahan alami yang ditambahkan menyediakan karbon. Dengan menjaga suhu yang optimal, hal ini menciptakan kondisi yang sempurna bagi mikroba untuk mengurai tubuh pada tingkat molekuler.