Putin Tetapkan 3 Tuntutan 'Maksimalis' Sebelum Mengakhiri Perang Rusia-Ukraina

Amastya 12 Mar 2025, 16:44
Sebuah kendaraan hias yang menggambarkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) membentuk 'Hitler - Stalin - Pakta 2.0' untuk menghancurkan Ukraina dan Presidennya Zelensky digambarkan selama parade untuk merayakan Senin Mawar (Rosenmontag) di Duesseldorf, Jerman b
Sebuah kendaraan hias yang menggambarkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) membentuk 'Hitler - Stalin - Pakta 2.0' untuk menghancurkan Ukraina dan Presidennya Zelensky digambarkan selama parade untuk merayakan Senin Mawar (Rosenmontag) di Duesseldorf, Jerman b

RIAU24.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengemukakan tiga tuntutan maksimalis sebagai bagian dari negosiasi untuk mengakhiri Perang Rusia-Ukraina, menurut laporan.

Tiga tahun setelah Putin memesan sepatu bot Rusia di tanah Ukraina, dia tidak berniat berkompromi dengan tiga tuntutan ini.

Tuntutan Putin

Menurut laporan Bloomberg, pejabat keamanan Barat menyarankan bahwa tuntutan Putin 'sengaja berlebihan.'

Mengutip pejabat anonim, kantor berita itu bahwa tidak ada indikasi pemimpin Rusia bersedia berkompromi pada salah satu tujuannya.

Syaratnya adalah komitmen formal Ukraina terhadap netralitas, pengabaian aspirasi NATO, dan pengakuan klaim Rusia atas wilayah yang dianeksasi.

Sesuai laporan itu, Rusia juga telah menolak pengerahan pasukan penjaga perdamaian Eropa, dengan menteri luar negeri negara itu Sergey Lavrov telah mengesampingkan pasukan penjaga perdamaian Eropa yang dikirim untuk menstabilkan situasi.

Tuntutan ini sangat kontras dengan upaya AS dan Eropa untuk menengahi solusi berkelanjutan, dan klaim Presiden AS Donald Trump bahwa Putin menginginkan perdamaian.

Baru-baru ini, pada hari Jumat (7 Maret), Trump mengatakan kepada pers, "Saya merasa lebih sulit, terus terang, untuk berurusan dengan Ukraina."

'Koalisi yang bersedia'

Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer telah mendesak Presiden AS Donald Trump untuk memastikan bahwa negosiasi menghasilkan hasil positif.

Sementara itu, para pemimpin militer dari koalisi yang bersedia yang diusulkan negara-negara yang bersedia mendukung Ukraina akan berkumpul di Paris.

Para pejabat Prancis telah mengisyaratkan bahwa hingga 30 negara dapat berpartisipasi, dengan Kepala Pertahanan Inggris Laksamana Sir Tony Radakin hadir.

“Pada hari Sabtu, PM Inggris Starmer akan memimpin panggilan telepon dengan sekutu yang berpikiran sama dari koalisi yang bersedia," lapor Bloomberg.

Koalisi bertujuan untuk merumuskan strategi untuk mencegah agresi Rusia di masa depan jika gencatan senjata tercapai.

Tidak semua peserta diharapkan berkomitmen untuk bergabung dengan pasukan penjaga perdamaian, tetapi dukungan logistik dan operasional dapat ditawarkan.

(***)