Menu

Blak-blakan Vigit Waluyo: Oknum di PSSI dan Komite Wasit Bantu Saya Atur Pertandingan, PSSI Harus Direformasi Total

Siswandi 25 Jan 2019, 11:03
Vigit Waluyo memberikan keterangan usai diperiksa di Mapolda Jawa Timur. Foto: int
Vigit Waluyo memberikan keterangan usai diperiksa di Mapolda Jawa Timur. Foto: int

RIAU24.COM -  Sepak terjang mafia sepakbola di Tanah Air, semakin terkuak. Pengakuan Vigit Waluyo, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap dalam kasus pengaturan skor pertandingan, setidaknya bisa menggambarkan hal itu.

Dituturkan Vigit, ada oknum di PSSI dan Komite Wasit PSSI yang membantunya dalam mengatur hasil pertandingan. Oknum PSSI yang dimaksud adalah anggota Komdis PSSI non-aktif Dwi Irianto alias Mbah Putih. Sementara oknum anggota Komite Wasit adalah Nasrul Koto.

Hal itu dilontarkannya usai diperiksa di Mapolda Jatim, Kamis 24 Januari 2019 kemarin.

"Awalnya ketemu Mbah Putih, ia beri saran saya kepada Mas Nasrul Koto untuk menemui beliau. Saya temui beliau. Setalah itu pertandingan kami aman-aman saja," ungkapnya.

Vigit mengaku, awalnya ia terlibat pengaturan skor karena untuk melindungi klub yang dibesarkannya, yaitu PSMP Mojoketro Putra. Ia merasa klub itu sering 'dikerjai' pihak tertentu, sehingga banyak dirugikan. Supaya aksi itu terulang lagi, maka ia pun menjalin sinergi dengan oknum-oknum tersebut.

Sedangkan besar nominal yang diberikannya kepada oknum Komite Wasit agar  bersedia membantunya dalam hal mengatur pertandingan, berkisar antara Rp25 juta hingga Rp50 juta. Namun Vigit belum bersedia mengungkapkan sudha berapa kali memberikan sogokan kepada Komite Wasit dalam satu musim.

Tidak hanya ke Komite Wasit, uang juga diberikan kepada wasit yang memimpin pertandingan. Tujuannya juga sama, yakni untuk mengatur pertandingan tersebut.Sedangkan nominalnya berkisar antara Rp25 juta hingga Rp30 juta.
"Ada juga yang kami tekan. Pembagiannya mereka bagi sendiri, terserah," tambahnya, seperti dilansir republika.co.id.

Dalam kesempatan itu, Vigit juga mengakui ikut terlibat membantu PSS Sleman bisa promosi dari Liga 2 ke Liga 1 Indonesia, terutama pada babak delapan dan empat besar.

Namun ia mengaku tidak melibatkan banyak pihak untuk membantu PSS Sleman. Menurutnya, ada oknum di PSSI yang turut melindungi agar prestasi PSS Sleman terus terjaga.

"Memang itu sudah ada dalam permainan itu beberapa oknum PSSI melindungi (PSS Sleman) agar prestasi tim terjaga baik," kata Vigit.

Vigit mengaku tak menemukan banyak kesulitan untuk membantu memberi kemenangan kepada PSS Sleman. Sebab, kondisi PSS Sleman mulai dari pemain hingga pelatih sudah baik.

"Cuma memang kami menitipkan itu kepada komite wasit agar tetap dilindungi agar tidak ada kontaminasi dari pihak lain," ujarnya lagi.

Meski begitu, Vigit mengaku tidak pernah terlibat dalam pertandingan di Liga 1 Indonesia. Menurutnya, dia hanya terlibat pada pertandingan-pertandingan di Liga 2 Indonesia. Itu pun hanya dalam pertandingan kandang.

Tak hanya itu, ia kemudian membeberkan, banyak klub di Indonesia yang mendapat perlindungan dari komite wasit dalam setiap pertandingan. Biasanya, pemilik atau manajemen klub tersebut juga memiliki jabatan di PSSI.

Pada akhirnya, Vigit mengatakan, jika dunia sepakbola Indonesia ingin maju dan berkembang, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah merombak total jajaran pengurus PSSI.

Ia mengatakan, pengurus PSSI saat ini banyak yang memiliki kepentingan sehingga membuat jalannya liga di Indonesia tidak sehat.

"PSSI perlu reformasi total. Dalam keadaan seperti ini, semua pihak ada kepentingan masing-masing," tandasnya. ***

R24/wan