Menu

Tentang Makna Kafir, Ini Pendapat Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat dan Dr Zakir Naik

TIM BERKAS 34 4 Mar 2019, 11:08
Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat dan Dr Zakir Naik/int
Ustadz Abdul Somad, Ustadz Adi Hidayat dan Dr Zakir Naik/int

RIAU24.COM -  Istilah perkataan Kafir telah ada sejak zaman dahulu. Berasal dari kata Kafr yang artinya menentang atau menyembunyikan. Perkataan ini diistilahkan kepada yang beragama non Muslim.

Lantas, perkataan ini menjadi viral dan ditentang oleh yang beragama non Muslim. Mereka mengomentari dan melarang pengucapan 'Kafir' ini.

Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam ceramah yang didampaikannya mengatakan, "Kalimat dari dulu, jangan panggil kafir, panggil non muslim, bagaimana nanti baca ayat."

Ustadz Abdul Somad menyatakan, orang yang memperjuangkan kebenaran melawan batil. "Ada ucapan orang kafir marah, kalimat dari dulu," katanya.

Menurut Ustadz Abdul Somad, orang yang menonjol dalam keberanian memperjuangkan kebenaran karena ada bengkok ada lurus. "Ada batil ada haq, ada Musa ada Firaun."

UAS juga menjelaskan bahwa kafir sudah sejak dulu ada di Alquran. "Apa surahnya nanti jadi Non Muslim dan bunyinya kulya ayuhal non Muslim?" kata dia.

Pernyataan tentang kafir ada di antaranya dalam surah Al Kafiruun. Surah itu menjelaskan toleransi dengan kalimat yang sangat lugas dan indah, bagimu agamamu, bagiku agamaku, lakum dinukum waliyadin.

Tanggapan dengan maksud yang sama juga disampaikan Ustadz Adi Hidayat yang menyatakan bahwa orang-orang kafir berarti orang yang menutup diri.

Adi Hidayat menceritakan awal 'Kafir' terjadi perdebatan di antara orang Islam dan non Islam, hingga turunnya surah Al Kafiruun itu.

"Makanya, turut Ayat Alquran. Agak aneh orang sekarang, tidak paham kafir disebut kafir marah-marah, Masya Allah," katanya.

Saat kemudian ayat itu turun, kata Ustadz Adi Hidayat, mereka yang disebut kafir tidak marah. "Kafir itu artinya orang-orang yang menutup diri, Abu Jahal, Abu Lahab, dan abu-abu yang lain tidak marah," katanya.

Sejumlah reaksi memang bermunculan setelah sejumlah orang di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sepakat mengganti kata kafir dengan sebutan non Muslim. Namun reaksi bermunculan terkait kampanye semua agama itu sama, yang selama ini, di antaranya disampaikan kalangan Jaringan Islam Liberal (JIL).

Beberapa pemuka agama malahan bangga disebut kafir, karena non Muslim itu menolak diri jika tidak disebut 'tidak kafir".

Salah satu contoh seperti yang disampaikan oleh seorang pemuka agama Hindu, Mpu Jaya Prema, yang menjelaskan, justru kalau disebut bukan kafir artinya masuk Islam.

Dikutip dari video di YouTube pada Senin (4/3/3019). "Sebutan kafir diberikan kepada orang-orang yang bukan beragama Islam, bukan suatu masalah. Justru harusnya memang demikian karena di luar Islam."

Mpu Jaya Prema mengatakan makna kafir memang orang-orang yang berada di luar agama Islam. "Kalau kita disebut kafir harus bangga karena kita ada di luar Islam," katanya.

Istilah kafir itu hanya ada di dalam Islam, tidak ada urusan dengan konstitusi dan kenegaraan. "Artinya, kita punya keyakinan, kita ini orang yang di luar Islam, kalau disebut kafir karena kita di luar Islam, kita punya keyakinan," ucap dia.

"Apa perlu kita marah atau berang kalau kita dituduh kafir? Saya kira, tidak ada gunanya," lanjutnya.

"Karena, istilah kafir itu adalah terminologi di dalam agama Islam bukan di dalam konstitusi kita, tidak ada urusan dengan kenegaraan, tidak ada urusan dengan keberagaman kita," kata tokoh agama Mpu Jaya Prema.

Sementara itu, dari video yang beredar di Instagram Dr Zakir Naik juga memberikan penjelasan tentang polemik yang terjadi itu dan menilai terminologi seperti kafir ada di banyak agama lain. Ia bahkan menjelaskan hal itu di hadapan non Muslim yang turut hadir memberikan pertanyaan.

Bahkan ada yang menyebut dengan istilah hewan tertentu untuk yang mempunyai keyakinan dan agama yang berbeda. "Umat Islam tidak ikut campur, tidak ada yang marah, kok kafir disoal, itu terminologi Islam," kata dia.

Ia menjelaskan bahwa arti kata kafir berasal dari kafr yang merupakan bahasa Arab yang berarti menentang atau menyembunyikan.(***)

R24/phi/nof