Menu

Jangan Malah Mengundang Dosa, Begini Cara Rasulullah Merayakan Idul Fitri

Satria Utama 4 Jun 2019, 19:26
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Umat Islam di Indonesia dan sejumlah negara Asia besok akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Sebagaian masyarakat sudah pula berada di kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama sanak saudara.

Merayakan lebaran dengan gembira tentu saja hal yang wajar. Namun jangan sampai saat melakukan kegiatan selama lebaran justru memicu timbulnya dosa. Karena itu perlu kita ketahui seperti apa Rasulullah SAW sebagai panutan kita dalam merayakan Idul Fitri.

Merujuk buku How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid? Rasulullah dan umat Islam pertama kali menggelar perayaan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) atau usai Perang Badar.

Dari beberapa riwayat disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah untuk menyambut dan merayakan hari Idul Fitri. 

1. Mengumandangkan takbir. 

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Hal ini sesuai dengan apa yang difirmankan Allah dalam Alqur'an Surat Al-Baqarah ayat 185: "Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa serta bertakbir (membesarkan) nama Allah atas petunjuk yang telah diberikan-Nya kepadamu, semoga dengan demikian kamu menjadi umat yang bersyukur."

2. Memakai pakaian terbaik. 

Pada hari raya Idul Fitri, Rasulullah mandi, memakai wangi-wangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang dimilikinya. Kisah ini terekam dalam hadist yang diriwayatkan Al-Hakim.

3. Makan sebelum shalat Idul Fitri. 

Sebelum salat Idul Fitri, Rasulullah biasa memakan kurma dengan jumlah yang ganjil; tiga, lima, atau tujuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa: "Pada waktu Idul Fitri Rasulullah tidak berangkat ke tempat salat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil." (HR. Ahmad dan Bukhari) 

4.  Shalat Idul Fitri. 

Rasulullah menunaikan shalat Idul Fitri bersama dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya –baik laki-laki, perempuan, atau pun anak-anak. Rasulullah memilih rute jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang dari tempat dilangsungkannya salat Idul Fitri. 

Rasulullah juga mengakhirkan pelaksanaan salat Idul Fitri, biasanya pada saat matahari sudah setinggi tombak atau sekitar dua meter. Hal ini dimaksudkan agar umat Islam memiliki waktu yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah.

5. Mengunjungi rumah sahabat. 

Tradisi silaturahim saling mengunjungi saat hari raya Idul Fitri sudah ada sejak zaman Rasulullah. Ketika Idul Fitri tiba, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya.

Pada kesempatan ini, Rasulullah dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Sama seperti yang dilakukan umat Islam saat ini. Datang ke tempat sanak famili dengan saling mendoakan.

6. Mendatangi tempat keramaian.

Suatu ketika saat hari raya Idul Fitri, Rasulullah menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan tameng. Bahkan saking asyiknya, sebagaimana hadist riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim, Aisyah sampai menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu Rasulullah, sehingga dia bisa menyaksikan permainan itu dari atas bahu Rasulullah dengan puas. 

Demikianlah cara Rasulullah merayakan Idul Fitri. Semoga bisa kita menjadikan mengikuti sunnah Rasulullah secara sempurna, baik zhahir maupun bathin, agar hari fitri yang kita rayakan benar-benar penuh keberkahan. ***

 

R24/bara