Kian Panas, Kapalnya Disita, Iran Ancam Balas Sita Kapal Tanker Milik Inggris
RIAU24.COM - Tidak hanya dengan Amerika, hubungan Iran dengan Uni Eropa juga dikabarkan ikut memanas. Kondisi ini terjadi setelah sebuah kapal tanker milik Iran, Grace 1 ditahan marinir Kerajaan Inggris. Penahanan terjadi di Selat Gibraltar, sebuah wilayah Inggris di ujung selatan Spanyol.
Terkait aksi itu, seorang komandan Pengawal Revolusi senior, Mayor Jenderal Mohsen Rezai menyatakan pihaknya akan menyita kapal tanker minyak Inggris jika kapal tanker Iran tersebut tidak segera dibebaskan.
Hal itu disampaikan melalui akun Twitter-nya, Jumat 5 Juli 2019.
"Jika Inggris tidak melepaskan tanker minyak Iran, itu adalah tugas pihak berwenang untuk merebut tanker minyak Inggris," cuitnya Rezai, yang juga sekretaris Dewan Kemanfaatan Iran.
Dilansir republika, marinir Kerajaan Inggris menangkap supertanker Grace 1 pada Kamis (4/7/2019). Kapal itu ditangkap, karena mencoba untuk membawa minyak ke Suriah yang dinilai melanggar sanksi Uni Eropa (UE).
"Islam Iran dalam 40 tahun sejarahnya tidak pernah memprakarsai permusuhan dalam pertempuran apa pun, tetapi juga tidak pernah ragu dalam menanggapi para pengganggu," cicit Rezai.
Sementara itu, kantor berita Iran, IRNA, melansir, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan, kapal tanker minyak Iran tersebut membawa minyak mentah dari Iran. Sebelum ditahan marinir Inggris, kapal itu telah berlayar di sekitar Afrika, rute panjang dari Timur Tengah ke Mediterania.
Untuk diketahui, UE telah melarang pengiriman minyak ke Suriah yang dilanda perang sejak 2011. Namun, UE tidak pernah menyita sebuah kapal tanker di laut. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Eropa tidak memiliki sanksi luas terhadap Iran.
Terkait polemik itu, seorang juru bicara wilayah Inggris menyampaikan, awak kapal tanker minyak raksasa milik Iran itu sedang diwawancarai sebagai saksi, bukan sebagai tersangka kriminal.
Hal itu dilakukan dalam upaya untuk menentukan sifat muatan dan tujuan akhirnya.
Juru bicara tersebut mengatakan kru yang beranggotakan 28 orang tetap berada di kapal supertanker itu. Sebagian besar adalah warga India bersama Pakistan dan Ukraina. ***