Menu

Mencekam, Begini Suasana Saat Perusuh di Wamena Beraksi dan Bikin Kacau di Sekolah

Siswandi 4 Oct 2019, 14:01
Asap hitam membumbung tinggi ke udara dari salah satu bangunan yang dibakar ketika rusuh terjadi di Wamena. Foto: int
Asap hitam membumbung tinggi ke udara dari salah satu bangunan yang dibakar ketika rusuh terjadi di Wamena. Foto: int

RIAU24.COM -  Satu demi satu, cerita mencekam seputar rusuh yang terjadi di Wamena, Papua, pada 23 September 2019 lalu, mencuat ke permukaan. Salah satunya, para pelaku kerusuhan tidak hanya di kawasan umum. Mereka bahkan sempat beraksi dan berbuat onar di sekolah. Situasinya benar-benar mencekam dan membuat para siswa jadi ketakutan.

Khususnya lagi bagi siswa yang masuk golongan warga pendatang. Karena para pelaku rusuh dikabarkan memang mengincar warga pendatang. Sayangnya, hingga sejauh ini identitas para pelaku kerusuhan itu masih menjadi tanda tanya besar, yang belum kunjung terjawab.

Kondisi yang begitu mencekam itu, dilontarkan salah seorang siswa SMP di Wamena, yang berasal dari Sumatera Barat.  

Kepada republika, di Kota Padang, Sumatera Barat, Jumat 4 Oktober 2019, siswa itu kemudian menuturkan apa yang dialaminya, saat peristiwa kelam itu terjadi.

Dikatakan, saat berada di Wamena, ia sudah duduk di kelas dua pada salah satu satu SMP yang berada di Wamena.

"Saat itu, hari Senin sekitar pukul 08.00 WIT, setelah upacara saya mau ujian Agama, tiba-tiba kerusuhan itu terjadi," tuturnya.

Dikatakan, para pelaku kerusuhan itu bahkan sempat masuk ke halaman sekolah dan melempari kaca-kaca ruang kelas.

"Untuk mengamankan diri, saya bersama teman-teman lain bertahan dalam kelas, kami menyusun meja serta bangku-bangku untuk menghalang pintu," tuturnya.

Untunglah, rusuh yang terjadi di sekolahnya tidak berlangsung lama. Setelah beberapa saat membuat kerusakan, para perusuh tersebut kemudian pergi meninggalkan sekolah.

"Kami bertahan di dalam kelas sekitar setengah jam, hingga kemudian ada kerabat yang datang menjemput," tambahnya.

Panik
Hal itu diakui Jafri (60), yang tak lain adalah orangtua siswa tersebut. Ia mengaku sempat pnaik, saat mengetahui Kota Wamena tiba-tiba rusuh. Sebab, anaknya masih berada di sekolah. Namun saat pihak sekolah dihubungi, tidak ada yang menjawab. Baik dari guru mau pun dari siswa.

"Ibunya sudah menangis, hingga salah satu kerabat menelpon dan mengatakan anaknya sudah dijemput dari sekolah, dan sudah aman bersamanya," ungkapnya.

Jafri baru bertemu kembali dengan anaknya itu saat berada di tempat pengungsian di Markas Kodim 1702 Jayawijayadi Wamena. Selanjutnya pada Kamis 3 Oktober 2019 kemarin, ia dan keluarga akhirnya tiba di kampung halaman di Sumatera Barat.

Keluarga Jafri merupakan perantau asal Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka merantau ke Wamena sejak tahun 2000. Anak lelaki Jafri mengatakan bahwa dia terakhir pulang ke kampung orang tuanya saat masih duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Kerusuhan di Wamena membuat dia memilih melanjutkan sekolah di kampung halaman.

"Karena kejadian ini, saya lebih memilih sekolah di kampung saja," katanya. ***