Menu

Kerusuhan di Iran Pecah, IRGC Tuding Intelijen AS Terlibat

Riko 24 Nov 2019, 18:12
Foto (internet)
Foto (internet)

RIAU24.COM -  Pejabat Iran mengatakan pasukan dan anggota Garda Revolusi turut membantu polisi dalam memadamkan kerusuhan dengan kekerasan yang pecah di Provinsi Kermanshah minggu ini Dia juga menuding "agen AS" berada di antara para pengunjuk rasa. 

Aksi protes berubah menjadi kerusuhan setelah pemerintah Iran mengeluarkan keputusan untuk menaikkan harga bensin. Kelompok hak asasi Amnesty International mengatakan sedikitnya 30 orang tewas di Provinsi Kermanshah, menjadikannya yang terpukul paling parah oleh aksi protes selama berhari-hari di mana lebih dari 100 orang tewas di seluruh negeri. Namun Iran menolak angka kematian itu sebagai sebuah "spekulatif".

Kerusuhan tampaknya menjadi kekerasan terburuk setidaknya sejak Iran mengusir "Revolusi Hijau" pada tahun 2009, ketika puluhan pemrotes tewas selama beberapa bulan.

"Semua kekuatan Pengawal Revolusi, Basij (paramiliter), Kementerian Intelijen, polisi, dan tentara mengambil bagian secara aktif dalam mengendalikan situasi," kata Kepala Pengadilan Kermanshah, Parviz Tavassolizadeh, seperti dikutip kantor berita Fars yang dinukil Al Arabiya, Minggu 24 November 2019.

Fars melaporkan bahwa Tavassolizadeh mengatakan para perusuh bersenjata. "Mereka menghadapi agen dan membakar properti publik," katanya.

Sementara itu komandan Garda Revolusi Iran di Kermanshah, Bahman Reyhani mengatakan: "Para perusuh itu termasuk kelompok anti-revolusioner (oposisi diasingkan) dan dinas intelijen Amerika," lapor kantor berita Tasnim.

Reyhani tidak menyebutkan nama kelompok. Untuk diketahui militan Kurdi Iran yang bersenjata telah lama beroperasi di dekat perbatasan provinsi itu dengan Irak.

Para pejabat sebelumnya menyalahkan "preman" yang terkait dengan orang buangan dan musuh asing - AS, Israel dan Arab Saudi - karena mengobarkan kerusuhan, yang menyebabkan penahanan sekitar 1.000 demonstran.

Garda Revolusi mengatakan ketenangan telah kembali di Iran pada hari Kamis.

Juru bicara Garda Revolusi Iran Brigadir Jenderal Ramezan Sharif mengatakan aksi protes telah diprakarsai oleh kaum royalis yang berusaha mengembalikan dinasti Pahlavi yang digulingkan oleh revolusi 1979, dan kelompok oposisi bersenjata Mujahidin Khalq di pengasingan, kantor berita Tasnim melaporkan.

Dia mengatakan kelompok-kelompok "separatis" juga terlibat, tampaknya merujuk pada militan etnik Arab dan Kurdi.

"AS, Arab Saudi dan Israel serta dinas intelijen mereka membantu memicu peristiwa-peristiwa ini menyebabkan ketidakamanan di negara ini," tuding Sharif.

Aksi protes dimulai di beberapa daerah pada 15 November setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bensin setidaknya 50 persen dan menerapkan penjatahan. Aksi ini lantas menyebar ke 100 kota ketika demonstran menuntut pejabat senior untuk turun.

Televisi pemerintah menunjukkan ribuan orang berbaris dalam unjuk rasa pro-pemerintah di beberapa kota pada hari Sabtu.

 

Sumber: Sindonews