Menu

Mendagri Tito Sindir Jakarta Kayak Kampung, Anies Baswedan Balas Merespon Seperti Ini

Siswandi 27 Nov 2019, 11:08
Gubernur DKI Jakarta Anies baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies baswedan

RIAU24.COM -  Pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang menyindir Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, saat ini tengah marak disorot. Pernyataan Tito tersebut terkait dengan tata kota Ibu Kota. Tito menyebut Jakarta seperti kampung bila dibandingkan dengan kota-kota yang ada di China.

Saat memberikan sambutan pada ajang Musyawarah Nasional (Munas) VI Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) VI di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019) kemarin, Tito mengatakan kondisi Shanghai maupun Beijing dan Jakarta saat ini berbanding terbalik dengan tahun 1998. Ketika itu, Jakarta jauh lebih modern dibandingkan dengan Beijing dan Shanghai. Namun saat ini, kondisinya malah terbalik. Bila dibanding Shanghai, Tito menyebut Jakarta ibarat kampung.

Dalam ajang itu, Anies Rasyid Baswedan dipilih menjadi Ketua Umum  periode 2019-2023.

Dilansir republika yang mengutip antara, Rabu 27 November 2019. Tito mengatakan, banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Sebab mulai ada keraguan terhadap sistem di negara-negara demokrasi.

Ditambahkannya, paradoks demokrasi tersebut muncul karena negara demokrasi mengalami stagnansi. Sementara negara non-demokrasi seperti China melakukan lompatan-lompatan dalam urusan ekonomi dan militer untuk menjadi negara yang dominan di dunia.

"Ini tantangan bagi kita, kalau kita bisa membuktikan, maka masyarakat akan melihat demokrasi jadi baik. Tapi kalau kesejahteraan tidak bisa dibangun di atas sistem demokrasi, maka masyarakat akan mencari alternatif yang lain. Makanya muncul tawaran khilafah, tawaran kembali ke sistem semi-otoriter, itu muncul," jelas Tito.

Transformasi Negara
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dikonfirmasi terkait pernyataan Tito tersebut mengatakan, pihaknya menangkap pesan penting dari pernyataan itu. Menurutnya hal itu mengenai transformasi suatu negara.

"Jadi menurut saya, justru pelajaran penting yang kita ambil adalah pesan tentang transformasi sebuah negara. Lebih dari soal kata kampung yang memang clickbait dan menarik. Tapi sesungguhnya, ini adalah pesan penting bagaimana transformasi sebuah negara itu terjadi, dikerjakan dengan konsisten selama beberapa dekade, dan sekarang mereka merasakan buahnya," ujarnya.

Menurut Anies, pernyataan Tito itu memberikan gambaran transformasi yang dialami China selama empat dekade dibandingkan dengan negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, termasuk Indonesia.

"Jadi menurut saya, tidak usah dilepaskan konteks percakapannya. Konteks percakapannya adalah konteks percakapan tentang transformasi. Itu artinya juga PR bagi kita untuk mempercepat transformasi. Dan ini objektif saja," ujar Anies.

Bahwa, katanya, dalam beberapa dekade, perekonomian China yang semula kecil, lompat sampai 100 kali lebih besar.

"Jadi melampauinya bukan hanya kasus Jakarta dan Shanghai. Tapi juga bagaimana Tiongkok dibandingkan dengan seluruh dunia. Lompatan 100 kali perekonomian itu dahsyat," tambahnya lagi.

Lompatan tersebut, kata Anies, jangan pernah berpikir semua bisa selesai dalam satu hingga dua malam. Tetapi, merupakan kerja yang waktunya panjang.

"Karena itu, kita bicara pembangunan infrastruktur, konektivitas jalan, telekomunikasi, ini proses pembangunan yang cukup panjang, yang sekarang sedang dilakukan adalah transformasi yang luar biasa, nantinya ketika kita melihat misalnya 1-2 dekade ke depan, kita akan menyaksikan betapa dampaknya besar keputusan-keputusan pembangunan yang transformatif seperti ini," tuturnya.

Anies menekankan jika melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melakukan transformasi, maka lompatan yang drastis tersebut akan terjadi. Setidaknya, China telah membuktikannya. "Jadi ini pesan yang menurut saya menarik untuk kepala daerah," tuturnya. ***