Menu

Wapres Ma'ruf Amin Minta China Terbuka soal Perlakuan ke Muslim Uighur

Riko 18 Dec 2019, 20:34
Foto kekerasan oleh pemerintah China terhadap Muslim Uighur (net)
Foto kekerasan oleh pemerintah China terhadap Muslim Uighur (net)

RIAU24.COM -  Wakil presiden Ma'ruf Amin meminta China bersikap terbuka soal dugaan perlakuan buruh terhadap muslim Uighur di Xinjiang. Hal ini diminta terkait tudingan pemerintah China yang membayar ormas Islam di Indonesia agar tak lagi mengkritik keras soal Uighur.

Ma'ruf menegaskan bahwa Indonesia tetap mendukung upaya perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap muslim Uighur d Xinjiang.

"Pemerintah kan konsisten kalau soal perlindungan HAM. Kita ajak semua termasuk China untuk lindungi HAM. Kita harap semua pihak terbuka, termasuk China, Myanmar, kita minta lebih terbuka,"kata Ma'ruf di kantor wakil presiden, Jakarta, melansir dari CNN Selasa 17 Desember 2019.

Ma'ruf mengatakan, China telah membantah tudingan kekerasan dalam kamp konsentrasi. Dari keterangan pemerintah China, mereka hanya memberikan semacam pelatihan kepada muslim Uighur.

"Mereka beralasan kamp-kamp itu bukan untuk indoktrinasi, tapi semacam pelatihan. Itu kata dia. Maka kita minta lebih terbukalah, tetap prinsip perlindungan HAM kita dukung," katanya.

Sementara terkait tudingan ormas Islam yang dibayar oleh pemerintah China, Maruf mengatakan hal itu menjadi tanggung jawab ormas Islam yang dimaksud. Sejumlah ormas yang disebutkan antara lain NU dan Muhammadiyah.

"Kalau ormas Islam kan sudah ada bantahan dari masing-masing ormas, bahwa itu tidak benar," tuturnya.

Laporan Wall Street Journal sebelumnya menyebut China mendonasikan sejumlah bantuan finansial dan program beasiswa tak lama setelah isu Uighur kembali mencuat di Indonesia pada 2018 lalu.

Beijing bahkan disebut membiayai puluhan petinggi Muhammadiyah, NU, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga jurnalis dan akademisi untuk mengunjungi Xinjiang secara gratis.

Sejak bantuan dan kunjungan ke Xinjiang berlangsung, posisi Muhammadiyah dan NU tidak lagi mengkritik secara tajam China terkait Uighur. Melalui rilis pada Februari lalu, Muhammadiyah membantah bahwa pemerintah China menahan jutaan etnis Uighur di sejumlah kamp penahanan di Xinjiang.