Menu

Tak Luput dari Serangan Banjir, KPK Terpaksa Pindahkan Tahanan ke Ruang Lobi

Siswandi 2 Jan 2020, 15:17
Rutan KPK yang tampak tergenang air saat banjir menyerang Kota Jakarta, Rabu kemarin. Foto: int
Rutan KPK yang tampak tergenang air saat banjir menyerang Kota Jakarta, Rabu kemarin. Foto: int

RIAU24.COM -  Banjir yang menerjang Kota Jakarta dan sekitarnya yang dimulai sejak Rabu 1 Januari 2020 kemarin, hingga kini masih berlanjut. Tanpa pandang bulu, banjir menggenangi kawasan mana saja yang bisa dimasuki. Termasuk di antaranya Rumah Tahanan (Rutan) milik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Gedung Pusat Pendidikan Antikorupsi KPK C-1, yang berada di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat itu, juga sempat dilanda banjir. Buntutnya, sebanyak enam tahanan yang tengah ditahan di tempat itu, terpaksa harus diungsikan ke ruangan lobi. 

Kondisi itu dibenarkan Pelaksana Tugas Juru Bicara Penindakan KPK Ali Fikri. Dikatakan, banjir menerjang Gedung KPK lama sejak pukul 07.00 WIB Rabu kemarin. Air menggenangi halaman Gedung Pusat Pendidikan Antikorupsi hingga setinggi 30 sampai 50 sentimeter.

"Di bagian luar setinggi lutut, jadi air masuk ke ruang tahanan di lantai ground (dasar).Tahanan sementara dievakuasi ke lobby," terangnya, Kamis 2 Januari 2019.

Ditambahkannya, setelah air terus meninggi, petugas pun melakukan penyedotan sekaligus membersihkan sisa-sisa banjir. Air yang sempat menyerbu dan masuk ke Gedung KPK lama tersebut akhirnya mulai surut sekitar pukul 18.00 WIB. Saat ini kondisi Rutan KPK Gedung C-1 juga sudah surut.

"Jadi (para tersangka) kembali lagi ke (ruang) tahanan semula," ujarnya, dilansir detik.

Seperti diketahui, banjir melanda sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Rabu (1/1/2019) setelah wilayah tersebut diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Presiden Jokowi menyebut salah satu penyebab banjir di awal tahun baru 2020 ini karena kerusakan ekosistem dan ekologi. Selain itu, kata Jokowi, masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan.

"Karena ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada. Tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana. Banyak hal," ujarnya. ***