Menu

Lebih Milih Isu Banjir Jakarta, Ternyata Media China Tak Soroti Masalah Konflik Natuna

M. Iqbal 6 Jan 2020, 10:33
Ilustrasi/net
Ilustrasi/net

RIAU24.COM - Sejumlah media resmi China ternyata lebih memilih isu banjir yang terjadi di Jakarta dibandingkan dengan konflik di Natuna, Kepulauan Riau.

Dilansir Bisnis.com mengutip dari Antara Ahad, 5 Januari 2020, alih-alih menjadikan masalah Natuna sebagai isu utama, media China tersebut malah menempatkan berita mengenai serangan Amerika Serikat sebagai headline atau berita utama.

Untuk diketahui dalam serangan AS menyebabkan tewasnya Pengawal Revolusi Iran Qassem Soleimani di Baghdad. Peristiwa itu menjadi head line rubrik internasional media-media di China.
zxc1

Saat memasukkan nama Indonesia dalam bahasa Mandarin di beberapa mesin pencarian media-media arus utama China, baik yang berbahasa Inggris maupun Mandarin, yang keluar justru berita-berita mengenai banjir di Jakarta.

"Yinni Yajiada hongzai yunan renshu sheng zhi 53 ren 17 wan ren wufa fanjia" (Korban tewas banjir besar Jakarta Indonesia mencapai 53 orang, 170 ribu jiwa lainnya masih belum bisa pulang)," tulis Huanqiuwang yang dipantau Antara di Beijing.

Media resmi berbahasa Mandarin yang memiliki nama internasional Global Times itu melengkapi berita tersebut dengan foto seorang pengendara motor yang melaju di atas jalan raya berkubang lumpur bekas banjir di Bekasi.

Saat memasukkan nama Natuna (termasuk dalam tulisan Hanzi) di mesin pencarian beberapa media resmi yang keluar justru berita-berita lama antara 2016 hingga 2018, itu pun topiknya bukan konflik perbatasan baru-baru ini.

zxc2

Pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang yang menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi juga tidak menjadi bahasan utama media-media China.

Chinamil.com.cn, laman berita militer China, baik versi Inggris maupun Mandarin juga tidak menurunkan laporan mengenai aktivitas pengamanan di perairan sekitar Pulau Natuna.

Berita yang menjadi top story di laman milik Komisi Militer Pusat China (CMC) itu adalah perintah Presiden Xi Jinping sekaligus Ketua CMC untuk memobilisasi latihan militer pasukan bersenjata.