Menu

Singapura Tingkatkan Status Waspada Virus Corona, yang Laris Manis Malah Kondom, Ternyata Ini Gunanya

Siswandi 9 Feb 2020, 00:07
Rak penjualan kondom di Singapura tampak kosong karena diserbu warga, ternyata alat kontrasepsi itu digunakan untuk menjaga supaya tidak terjangkit virus Corona, seperti untuk menekan tombol lift. Foto: int
Rak penjualan kondom di Singapura tampak kosong karena diserbu warga, ternyata alat kontrasepsi itu digunakan untuk menjaga supaya tidak terjangkit virus Corona, seperti untuk menekan tombol lift. Foto: int

RIAU24.COM -  Ancaman virus Corona di Singapura, saat ini kian nyata. Hal itu setelah jumlah orang yang positif terjangkit virus mematikan itu semakin bertambah. Buntutnya, pemerintah Singapura pun menaikkan status waspadanya menjadi oranye. 

Untuk mengantisipasi virus tersebut, warga Singapura dikabarkan mulai menyerbu kebutuhan dasar untuk siap-siap bila terjadi kemungkinan terburuk. 

Namun, selain kebutuhan dasar, ternyata kondom juga laris manis diserbu warga. Kok bisa?

Dilansir detik, Sabtu 8 Februari 2020, kondisi itu diungkapkan akun Facebook SG EverydayOnSales. Dalam unggahannya pada Jumat (7/2/2020), akun yang berisi info-info belanja dan diskon di Singapura itu menulis, begitu Kementerian Kesehatan mengumumkan status level oranye, kondom juga habis terjual. 

"Kami mencari tahu alasannya dan jawabannya ada di foto ini," tulisnya.

Lebih lanjut, akun tersebut lalu menyertakan dua foto. Pada foto pertama tampak ak kondom merek Durex yang sudah kosong di sebuah toko. Sedangkan pada foto kedua, tampak seseorang menggunakan kondom untuk melindungi jarinya saat memencet tombol lift.

Berbagai reaksi pun bermunculan menanggapi posting-an tersebut. 

"Alternatif yang bagus selain masker," tulis seorang netizen. 

Ada pula yang menulis, "Pakai kantong plastik lebih murah."

Tingkatkan Status 
Untuk diketahui, Kementerian Kesehatan Singapura pada Jumat kemarin menaikkan status ancaman virus corona di wilayahnya menjadi oranye. Ini adalah kedua kalinya Singapura mengaktifkan kode oranye setelah wabah flu babi (H5N1) di tahun 2009.

Pengumuman itu memicu kepanikan di negara kota berpenduduk sekitar 5,7 juta jiwa itu. Seperti dilansir afp, banyak warga berbondong-dong membeli keperluan dasar seperti beras, mie dan tisu toilet.

Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan rak-rak kosong di sejumlah toko dan supermarket, troli belanjaan yang dipenuhi barang-barang dan antrean panjang di kasir-kasir.

"Saya khawatir jika mereka semakin meningkatkan level siaga, kami tidak akan bisa keluar," kata seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun, yang tidak ingin disebutkan namanya. ***