Menu

Kepala BPIP Sebut Agama Jadi Musuh Terbesar Pancasila, Politisi Demokrat Langsung Balas Begini

Ryan Edi Saputra 12 Feb 2020, 08:47
Kolase foto Andi dan Yudian (int)
Kolase foto Andi dan Yudian (int)

RIAU24.COM - JAKARTA - Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat, seperti tercermin dari dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah sejak era 1980-an. 

Tapi memasuki era reformasi asas-asas organisasi termasuk partai politik boleh memilih selain Pancasila, seperti Islam.Hal ini sebagai ekspresi pembalasan terhadap Orde Baru yang dianggap semena-mena.

"Dari situlah sebenarnya Pancasila sudah dibunuh secara administratif," kata Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi seperti dilansir dari detikcom, Rabu (12/2/2020).

Belakangan juga ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka antara lain membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden.Ketika manuvernya kemudian tak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka pun kecewa.

“Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," papar Yudian yang masih merangkap sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta. 

Sebagai kelompok mayoritas yang sebenarnya, ia melanjutkan, NU dan Muhammadiyah mendukung Pancasila. Kedua ormas ini tak pernah memaksakan kehendak.

Konsep Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti Indonesia, Yudian melanjutkan, merupakan anugerah terbesar dari Tuhan. Dari sisi sumber dan tujuan, Pancasila itu relijius karena kelima sila yang terkandung di dalamnya dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci ke enam agama yang diakui secara konstitusional di republik ini.

"Tapi untuk mewujudkannya kita butuh sekularitas bukan sekularisme. Artinya soal bagaimana aturan mainnya kita sendiri yang harus menentukannya," kata Yudian.

Ia pribadi mengaku menerima amanah sebagai Kepala BPIP menggantikan Yudi Latief yang mengundurkan diri pada Juni 2018, sebagai bentuk jihad dalam upaya mempertahankan NKRI.

Menanggapi pernyataan dari Kepala BPIP ini, Politisi Demokrat, Andi Arief berkicau pada akun media sosial twitternya, ia mengatakan bahwa ungkapan kepala BPIP tersebut sangat bebahaya.

“Pernyataan kepala BPIP  berbahaya karena logika terbalik, Pancasila itu lahir  di Indonesia karena sudah  ada agama dan kekuatan berbasis agama. Pancasila memberi ruang kesepakatan yang terbuka, adil dan taat aturan main.,” kicau akin @AndiArief_