Menu

Di Negara Ini Pasien Positif Corona Belum Ada, Tapi Warga Yang Nekat Sholat di Mesjid DItembaki Gas Air Mata

Satria Utama 27 Apr 2020, 09:22
Salah satu masjid di Komoro yang ditembaki gas air mata oleh pasukan keamanan Komoro
Salah satu masjid di Komoro yang ditembaki gas air mata oleh pasukan keamanan Komoro

RIAU24.COM -  MORONI - Meski negara ini secara resmi belum melaporkan satu pun kasus infeksi COVID-19 atau nol kasus, namun pemerintahnya tetap memberlakukan lockdown secara ketat. Bahkan terhadap warga yang beribadah di mesjid pun dikenakan perlakukan tegas.

Pasukan keamanan di Komoro diketahui menembakkan gas air mata ke arah jamaah Muslim yang berkumpul di beberapa masjid. Para jamaah tersebut nekat melanggar aturan lockdown ketat yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID-19).

Aksi pasukan keamanan membubarkan para jamaah Muslim itu berlangsung hari Minggu. Saksi mata dan sumber keamanan Komoro telah mengonfirmasi kejadian tersebut. Sumber keamanan yang meminta tak ditulis namanya mengatakan insiden itu terjadi di dua lokasi di pulau Anjouan, Komoro.

Seorang saksi mata mengatakan kepada AFP yang dikutip Sindonews; orang-orang terluka, kebanyakan dari mereka melarikan diri melalui jendela, salah satunya patah kaki. "Bahkan pagi ini (Minggu) masih ada bau gas di daerah itu," ujar saksi mata yang juga meminta tak ditulis namanya.

Presiden Komoro Azali Assoumani pada hari Jumat menandatangani sebuah dekrit yang memperkuat langkah-langkah penyebaran COVID-18, sekarang termasuk memberlakukan jam malam.

Komoro merupakan negara kepulauan di Afrika Timur. Negara ini mayoritas penduduknya Muslim dengan sekitar 40 persen penduduk hidup dalam kemiskinan.

Aliansi oposisi Dewan Transisi Nasional mengutuk tindakan pasukan keamanan tersebut. Menurut mereka, tentara Assoumani telah menggunakan granat gas air mata dan senjata api melawan demonstran yang damai dengan dalih berperang melawan penyebaran virus corona, yang sebenarnya tidak ada.

Pada 2018, Anjouan diguncang oleh bentrokan keras antara pemberontak bersenjata yang menentang Azali dan tentara pemerintah yang berlangsung selama seminggu.***