Menu

Jangan Putus Asa, Penelitian Sebut Pandemi Corona di Indonesia akan Berakhir Pada Tanggal Ini

Satria Utama 27 Apr 2020, 10:16
ilustrasi/net
ilustrasi/net

RIAU24.COM -  Kabar cukup menggembirakan datang dari Singapura terkait berapa lama pandemi COVID-19 akan menyerang Indonesia. Berdasarkan penelitian terbaru  Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) penyebaran virus COVID-19 di Indonesia akan berakhir 6 Juni 2020. Di waktu ini 97% kasus penderita COVID-19 sudah selesai.

Dalam membuat prediksi ini, SUTD menggunakan data hingga 25 April 2020. Penelitian ini menggunakan model SIR (susceptible-recover-recovered) yang diregresikan dengan data berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi dan memperkirakan kapan pandemi tersebut akan berakhir di masing-masing negara.

Dalam situs SUTD yang dikutip Senin (27/4/2020), data ini ini untuk tujuan pendidikan dan penelitian dan mungkin mengandung kesalahan. Data akan dimasukkan secara harian.

"Prediksi pada dasarnya tidak pasti. Pembaca harus mengambil prediksi apa pun dengan hati-hati. Terlalu optimisme berdasarkan perkiraan tanggal akhir berbahaya karena dapat melonggarkan disiplin dan kontrol kita dan menyebabkan perputaran virus dan infeksi, dan seharusnya dihindari," tulis SUTD dalam situsnya seperti dilansir CNBC Indonesia.

Dalam laporan tersebut diungkapkan 97% kasus akan berakhir pada 6 Juni 2020 dan 99% kasus akan berakhir di 23 Juni 2020.

Sebelumnya, sejumlah ilmuwan dan peneliti memprediksi puncak virus corona di Indonesia akan terjadi pada bulan Juni dan Juli 2020 dengan jumlah korban yang terinfeksi mencapai 106 ribu kasus.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan  tim pakar gugus tugas mengumpulkan informasi dan prediksi mengenai puncak virus corona di Indonesia dari ilmuwan dan institusi terpercaya.

Dari data tersebut, secara kumulatif puncak penyebaran virus corona di Indonesia pada awal Mei dan awal Juni 2020 dengan total pasien positif corona mencapai 95 ribu. "Selama Juni dan Juli, kasus terkonfirmasi secara kumulatif akan mencapai 106 ribu kasus," ujar Wiku.

Wiku menambahkan ini semua masih bentuk prediksi dan seperti prediksi pada umumnya tidak memiliki angka yang pasti atau belum tentu benar. "Kami memiliki cara kolektif mengacu pada peraturan yang ada dan memastikan prediksi adalah prediksi dan kasus sebenarnya lebih rendah dari prediksi," pungkasnya.***