Diam-diam, China Diduga Sudah Aktifkan Pangkalan Militernya di Kawasan Konflik di Laut China Selatan
RIAU24.COM - Konflik di kawasan Laut China Selatan, diprediksi bakal bertambah panas lagi. Halitu setelah pesawat militer milik Angkatan Laut Cina, untuk kesekian kalinya tampak beroperasi di kawasan Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. Hal itu menimbulkan dugaan, bahwa militer China, People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF), mulai menggunakan Kepulauan Spratly sebagai basis militernya.
Padahal, kawasan itu masih menjadi konflik, karena sejumlah negara juga mengklaim kepulauan itu masuk dalam teritorialnya. Di antaranya Vietnam, Filipina, Malaysia dan Taiwan
"Kemunculan PLANAF di Fiery Cross Reef (Kepulauan Spratly) adalah tanda baru bahwa Cina terus berupaya memperkuat pengaruhnya di Laut Cina Selatan. Hal itu mereka lakukan di atas pulau buatan yang mereka buat tahun 2016," ungkap Radio Free Asia, Kamis, 14 Mei 2020.
Dari data yang dirangkum tempo, Kamis 13 Mei 2020, pesawat militer China sudah terpantau sejak hari Senin kemarin. Citra satelit menunjukkan setidaknya ada dua pesawat militer di Kepulauan Spratly. Selah satunya adalah pesawat seri Y-8, yang biasa digunakan untuk mengangkut personil dan perlengkapan militer.
Sebenarnya, aksi China menumpuk peralatan perangnya di kawasan itu, bukanlah sesuatu yang baru. Karena negara komunis itu sudah berkali-kali melakukan hal serupa. Seperti pada tahun 2018 lalu, ketika itu China menempatkan pesawat H-6K Bomber di Pulau Woody. Namun, saat itu, pesawat tersebut adalah milik angkatan udara, bukan angkatan laut.
Tanggapan serupa juga datang dari lembaga analis pertahanan Jane's. Dalam laporan mereka, penampakan dua jenis pesawat militer di Spratly adalah bukti Cina mulai konsisten menempatkan militer mereka di Fiery Cross Reef. Bahkan, Jane's mengatakan bahwa kapasitas hangar di Spratly cukup untuk menyimpan leibh dari dua pesawat militer.
"Ini adalah upaya Cina menunjukkan kekuatan militer dan ekspedisi mereka sembari memiliterisasi Laut China Selatan untuk menakuti negara-negara lainnya," ujar peneliti Jane's, Sean O'Connor.
Padahal, pada tahun 2015 lalu, China pernah berjanji tidak akan mempersenjatai pulau-pulau buatan yang mereka bangun di Kepulauan Spratly. Presiden Xi Jinping, kala itu, mengatakan pada mantan Presiden Amerika Barack Obama bahwa ia tak memiliki niatan untuk memiliterisasi Laut China Selatan.
Namun, hal itu diduga hanya pernyataan di mulut belaka. Secara konsisten, pulau-pulau yang berada di Fiery Cross Reef, termasuk Spratly, mulai dipersenjatai China. Pesawat pengebom hingga alat transportasi militer ditempatkan di sana. Bahkan, pelabuhan khusus untuk kapal perang juga dibangun, lengkap dengan peluncur misil sebagai garis pertahanan.
April kemarin, Cina menyatakan lokasi pulau buatan mereka sebagai yurisdiksi baru. Kepulauan Spratly mereka namai Distrik Nansha. Namun klaim China itu langsung diprotes Vietnam, Filipina, Malaysia dan Taiwan. ***