RIAU24.COM -  Sejak wabah virus Corona Covid-19 muncul, laboratorium virus di Kota Wuhan, China, mulai kerap mendapat sorotan. Hal itu seiring dengan munculnya kabar yang menyebutkan dari tempat itulah virus Corona bermula. Apalagi, Kota Wuhan adalah yang pertama di dunia yang mengalami wabah virus itu, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia. 

Seiring dengan kabar itu, desakan supaya dilakukan penyelidikan di laboratorium itu, mulai bermunculan. Apalagi banyak cerita yang terungkap belakangan, yang menceritakan sejumlah 'keanehan' di laboratorium tersebut.  

Awalnya, pemerintah China sempat menolak. Namun setelah desakan kian banyak bermunculan, pemerintahan negara komunis itu akhirnya melunak. 

Pemerintah Cina akhirnya mengizinkan investigator independen untuk memeriksa laboratorium virologi Wuhan terkait dugaan asal virus Corona (COVID-19). Namun, Pemerintah Cina menyatakan bahwa akses tersebut tidak akan diberikan dalam waktu dekat. Pasalnya, kluster baru virus Corona telah muncul di Wuhan baru-baru ini.

Selain itu, Pemerintah Cina menambahkan bahwa akses hanya akan diberikan dengan syarat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dilibatkan dalam investigasi terkait.

Dilansir tempo yang mengutip sky news, Jumat 15 Mei 2020, kesediaan itu diungkapkan Duta Besar Cina untuk Inggris, Liu Xiaoming. "Kami sangat terbuka untuk investigasi independen, tetapi harus diorganisir oleh WHO. Sifatnya harus internasional," ujarnya. 

Ditambahkannya, China memutuskan memberi akses untuk penyelidikan di laboratorium Wuhan, karena tidak ingin terus menerus dituduh menutup-nutupi fakta virus Corona. "Tidak ada upaya menutp-nutupi (fakta) sama sekali sejak kasus virus Corona muncul di bulan Desember," ujar Xiaoming.

Untuk diketahui, buntut dari wabah Corona ini, hubungan China dan Amerika Serikat terus memburuk. Kedua belah pihak, saling serang soal asal usul virus Corona. Pemerintah Amerika mengklaim memiliki bukti virus Corona berasal dari laboratorium virologi Wuhan. Sementara itu, Cina menuduh virus Corona dibawa ke Wuhan oleh personel militer Amerika. ***