Menu

Kisah Penggali Kubur Korban Corona, Berlomba dengan Waktu Dihantui Penularan Virus Maut

Satria Utama 19 May 2020, 13:52
Hakim, salah seorang penggali kubur korban Corona Pondok Rangon
Hakim, salah seorang penggali kubur korban Corona Pondok Rangon

RIAU24.COM -  Penggali kubur di Jakarta,  Junaidi Hakim harus bekerja keras untuk menyemangati rekan-rekannya yang letih dalam perjuangan tanpa akhir untuk mengubur para korban pandemi coronavirus di pemakaman di Jakarta.

Tim penggali kubur ini berlomba dengan waktu dalam menggali kuburan baru. Mereka harus menyelesaikan tugas dalam waktu kurang dari 10 menit untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi sendiri.

"Bagian yang paling mengkhawatirkan adalah ketika kita menurunkan peti mati karena kita harus menyentuhnya," kata Hakim, 42 tahun, ayah dari empat anak.

Sekitar 50 penggali kubur di pemakaman Pondok Rangon - salah satu dari dua pemakaman yang diperuntukkan bagi korban Covid-19 di ibukota Indonesia - bekerja hingga 15 jam sehari, tujuh hari seminggu, dengan upah bulanan sebesar Rp4,2 juta rupiah.

Mereka menggali setidaknya 20 liang lahat setiap hari, ditandai dengan tiang kayu putih yang mencantumkan nama, tanggal lahir dan hari penghuninya meninggal.

Tetapi mereka hampir tidak bisa mengikuti arus masuk korban virus yang dikonfirmasi dan diduga terinfeksi Covid-19. "Ambulans tidak pernah berhenti membawakan kami mayat," kata Hakim seperti dilansir scmp.com.

Tim berjuang untuk tetap mengikuti panasnya sinar matahari yang membakar, disaksikan keluarga korban yang terisak-isak dari lokasi yang cukup jauh dari makam. Keluarga didesak untuk tidak berlama-lama dalam melakukan doa bagi orang yang dicintai di pemakaman itu. 

“Hati saya hancur melihat keluarga-keluarga yang menangis itu,” kata Minar, 54.

“Saya telah menggali kuburan selama 33 tahun sekarang dan saya belum pernah selelah ini sebelumnya. Ini mungkin ujian dari Tuhan, ”tambahnya.

Tantangan para penggali makam diperberat karena saat ini berada di bulan puasa Ramadhan.  Namun Suherman mengatakan ia mampu mengatasi rasa haus dan kelaparan karena ia yakin sedang melakukan perbuatan "mulia" bagi para korban corona.

"Apa yang memperkuat iman saya pada pekerjaan ini adalah mengetahui bahwa saya dapat membantu membawa almarhum ke tempat peristirahatan terakhir mereka," kata penggali kubur berusia 55 tahun itu.

Berapa banyak orang yang diklaim menjadi korban oleh virus ini dinilai tidak jelas. Jumlah kematian resmi pada hari Senin sebanyak 1.191. Namun jumlah ini diyakini jauh di bawah angka sebenarnya. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pengujian terendah di dunia.

Setidaknya 2.107 orang telah dimakamkan di bawah protokol keamanan Covid-19 di Jakarta saja. Kota-kota lain juga mengalami peningkatan angka pemakaman dalam beberapa bulan terakhir.