Menu

Kasus Corona di Tanah Air Melonjak Drastis, Pakar Sebut 2 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab

Siswandi 21 May 2020, 21:39
Warga berdesakan meski Indonesia masih dilanda wabah Corona (ilustrasi) Foto: int
Warga berdesakan meski Indonesia masih dilanda wabah Corona (ilustrasi) Foto: int

RIAU24.COM -  Melonjaknya kasus temuan virus Corona di Indonesia langsung mendapat sorotan dari banyak pihak.

Seperti diketahui pada hari ini Kamis 21 Mei 2020 ada lonjakan sebanyak 973 kasus  sekaligus menjadi rekor baru sejak Maret lalu.

Menyikapi perkembangan itu, Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan kenaikan angka ini bisa disebabkan oleh dua hal.

Pertama, bisa karena kasusnya yang naik atau spesimen yang diperiksa jauh lebih banyak.

"Pertama, mungkin karena kasusnya naik ya. Kedua, kemungkinan tes yang dilakukan banyak. Saya nggak tau 900-an ini dari berapa spesimen," ujarnya dilansir detik.

"Mungkin kemarin kita periksa spesimennya 1.000 jadi positifnya 500, mungkin juga saat ini ditesnya 2.000 jadi hasil positifnya nambah lagi," terangnya.

Tercatat pada Kamis ini,  total spesimen yang sudah diperiksa sebanyak 219.975 spesimen. Ini artinya ada penambahan 8.092 spesimen dibanding hari sebelumnya.

Terlepas dari hal itu, Prof Ascobat menilai tren penambahan kasus pasti akan naik.

Hal ini pun sudah lewat dari prediksi FKM UI yang sebelumnya ditetapkan bulan April lalu. Tapi, prediksi ini sudah meleset sehingga Prof Ascobat pun tidak tahu kapan puncak COVID-19 ini akan terjadi. Karena puncak itu tergantung dari intensitas mobilitas manusia

Lebih lanjut Ascobat menambahkan, hal lain yang bisa menyebabkan angka kasus baru terus meningkat adalah pembatasan sosial berskala besar yang belum dilakukan oleh masyarakat saat ini.

Untuk mengatasinya, Prof Ascobat menyarankan untuk memutus mata rantainya dengan membatasi interaksi antar manusia.

"Penularan ini terjadi dari manusia ke manusia kan, kalau interaksi tidak dibatasi akan naik terus. Saat ini pun intensitas interaksi meningkat ini jelang Idul Fitri, ada yang diam-diam mudik, jadi ini agak sulit dikendalikan," ujarnya lagi. ***