Menu

Polisi Bolivia Menemukan 400 Mayat yang Diduga Pasien COVID-19

Devi 22 Jul 2020, 16:17
Polisi Bolivia Menemukan 400 Mayat yang Diduga Pasien COVID-19
Polisi Bolivia Menemukan 400 Mayat yang Diduga Pasien COVID-19

RIAU24.COM - Polisi di Bolivia telah menemukan lebih dari 400 mayat yang ditemukan di jalan-jalan, kendaraan dan rumah-rumah di beberapa kota terbesar di negara itu selama periode lima hari, dengan 85 persen korban diyakini meninggal akibat virus korona.

Sebanyak 191 mayat dikumpulkan di wilayah metropolitan Cochabamba dari 15-20 Juli, dengan 141 lainnya ditemukan di ibukota administrasi, La Paz, direktur polisi nasional Coronel Ivan Rojas mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa. Di kota terbesar di negara itu, Santa Cruz, pemerintah menemukan 68 mayat. Sekitar 85 persen dari tubuh adalah "kasus positif untuk COVID-19 dan kasus dengan gejala COVID-19," kata Rojas, merujuk pada penyakit pernapasan yang sangat menular yang disebabkan oleh coronavirus baru.

Sisanya meninggal karena "penyebab lain, yang berarti kematian karena penyakit atau penyebab kekerasan", tambahnya.

Menurut kantor epidemiologi nasional, wilayah barat Cochabamba dan La Paz mengalami "peningkatan yang sangat cepat" dalam kasus coronavirus.

Pada hari Selasa, para pejabat mengatakan Bolivia telah mencatat 60.991 infeksi coronavirus yang dikonfirmasi dan 2.218 kematian akibat COVID-19.

Lembaga Investigasi Forensik Bolivia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa antara 1 April dan 19 Juli, lebih dari 3.000 mayat yang ditemukan di luar pengaturan rumah sakit telah diidentifikasi sebagai dikonfirmasi atau dicurigai sebagai kasus coronavirus.

Sementara itu, di Cochabamba, orang telah antri untuk membeli zat seperti pemutih - klorin dioksida - setelah senat menyetujui penggunaannya minggu lalu untuk mengobati coronavirus, meskipun ada peringatan dari kementerian kesehatan negara itu.

"Kami telah menyusun resolusi yang mengatakan zat ini tidak disetujui, bahwa itu tidak cocok untuk konsumsi manusia dan bahwa itu dapat memiliki konsekuensi serius," Rene Sahonero, penasihat kementerian kesehatan, mengatakan, menambahkan bahwa kasus keracunan klorin dioksida telah telah dilaporkan.

Otoritas kesehatan, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, mengatakan zat pemutih itu berbahaya, dapat membahayakan kesehatan dan tidak boleh dibeli atau diminum sebagai perawatan medis.

Secara terpisah, pada hari Selasa, sebuah komite ilmiah yang memberi saran kepada pemerintah Bolivia mengusulkan agar pemilihan presiden yang dijadwalkan 6 September ditunda karena pandemi.

Bolivia sedang mencoba menyelesaikan krisis politik yang meletus November lalu ketika protes di jalan atas tuduhan kecurangan pemilu membuat Presiden Evo Morales mengundurkan diri setelah hampir 14 tahun berkuasa.