Menu

Tak Cuma di Indonesia, Aksi Anti Komunis China Juga Berlangsung di Amerika

Satria Utama 25 Jul 2020, 07:24
Konsulat China di Houston
Konsulat China di Houston

RIAU24.COM -  HOUSTON - Gerakan menentang komunisme yang sering terjadi di Indonesia, kini mulai berlangsung di Amerika Serikat. Sekitar 100 demonstran anti Komunis melakukan aksi di depan Konsulat China di Houston saat staf dan pegawai mulai mengosongkan gedung atas perintah pemerintah Amerika Serikat

Para demonstran mencemooh para staf konsulat sambil, beteriak "rebut kembali China." Mereka juga mengecam Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa dan mengibarkan bendera ketika pekerja konsulat memasukkan barang-barang ke dalam koper sewaan.

Zhony Yi Ma (34) melakukan perjalanan ke Houston dengan sekelompok orang untuk melakukan aksi tersebut. "Kami ingin mengakhiri PKC, merebut kembali China dan membangun negara seperti Amerika," katanya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/7/2020).

Di antara pengunjuk rasa ada sekelompok pendukung kelompok spiritual Falun Gong, yang dilarang di China. Tao Peng (48) berdiri diam memegang spanduk menyerukan diakhirinya komunisme.

Salah seorang pengunjuk rasa, Nhat Nguyen (58) memuji Presiden AS Donald Trump dan menuduh komunis China memata-matai seluruh dunia. "Saya dibesarkan di daratan China dan telah melihat bagaimana PKC berbohong," katanya.

Konsulat China di Houston menjadi titik ketegangan baru antara Beijing dan Washington atas perdagangan, pandemi virus Corona baru dan manuver militer di Asia Tenggara. 

Staf di sana memiliki tugas di delapan negara bagian AS Selatan. Bangunan itu ditutup untukkegiatan resmi pada awal minggu ini.

Pejabat senior AS mengatakan pada hari Jumat bahwa konsulat adalah salah satu pelanggaran terburuk dalam hal spionase China di AS dan menghubungkan stafnya dengan pengejaran vaksin virus Corona baru oleh China.

Houston adalah pusat medis utama AS yang terkenal dengan penelitian kanker, penyakit menular dan sejak pandemi tahun ini, vaksin Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona baru, yang pertama kali muncul di China akhir tahun lalu.

Kota ini juga menjadi Ibu Kota energi Amerika Serikat dan rumah bagi puluhan produsen minyak dan gas yang mengembangkan teknologi yang digunakan di seluruh dunia.**