Menu

Empat Negara Ini Diprediksi Selamat dari Resesi

Riko 4 Aug 2020, 09:32
Ilustrasi/int
Ilustrasi/int

RIAU24.COM -  Beberapa negara besar mulai tumbang dan masuk ke dalam jurang resesi akibat pertumbuhan ekonominya negatif dua kuartal berturut-turut. Terbaru resesi dialami oleh Amerika Serikat (AS) akibat kontraksi ekonomi hingga minus 32,9 persen pada kuartal II 2020.

Sebelumnya pada kuartal I 2020, ekonomi negeri Paman Sam telah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 5 persen. Resesi pada kuartal II tahun ini juga menempatkan AS ke kondisi perekonomian terburuk sejak 1947 silam. 

Terbaru kabar resesi datang dari Uni Eropa setelah perekonomian kuartal kedua mareka terkontraksi minus 11,9 persen. Pada kuartal sebelumnya ekonomi benua biru telah terkontraksi hingga minus 3,2 persen. 

Meski demikian sejumlah negara diprediksi bisa mempertahankan ekonominya untuk tetap tumbuh dan terhindar dari resesi. Beberapa di antaranya adalah China, India, Mesir dan Indonesia.

Seperti diketahui ekonomi China mampu tumbuh 3,2 persen pada kuartal II 2020 setelah mengalami kontraksi terburuknya, yakni minus 6,8 persen pada kuartal pertama 2020.

Ekonom Universitas Indonesia Fitra Faisal mengatakan populasi penduduk yang cukup besar membuat negara tersebut bisa mengandalkan konsumsi domestiknya untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

"Sehingga mereka relatif bisa survive (bertahan). Padahal, mereka pertama kali terkena covid-19. Jadi kekuatan domestik kunci yang bisa menyelamatkan perekonomian di tengah pandemi," ujarnya mengutip dari CNNIndonesia.com Senin 3 Agustus 2020.

Selain China, Indonesia juga berpotensi keluar dari lepas dari resesi. Pasalnya, ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik. Sementara, peran ekspor barang dan jasa relatif rendah dibanding negara-negara lain yang mengalami resesi.

Jika Indonesia mampu menggenjot konsumsi pada kuartal III dengan memaksimalkan program stimulus yang telah dirancang, maka perkonomian sepanjang Juli-September bisa tumbuh positif.

"Jadi selain pasar domestik yang besar negara-negara yang bisa survive biasanya partisipasi terhadap global production network-nya tidak terlalu besar. Nah Indonesia ini kriterianya seperti itu," tuturnya.