Menu

Wartawan Kreatif di Masa Pandemi Covid-19, di Tengah Pandemi Jurnalis Tidak Lari!

Lina 20 Aug 2020, 14:35
Wartawan Kreatif di Masa Pandemi Covid-19, di Tengah Pandemi Jurnalis Tidak Lari (foto/ilustrasi)
Wartawan Kreatif di Masa Pandemi Covid-19, di Tengah Pandemi Jurnalis Tidak Lari (foto/ilustrasi)

RIAU24.COM - Infeksi virus Corona atau yang sering disebut COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok. Kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan yang ada di Wuhan. Sejak 31 Desember 2019, kasus ini mengalami peningkatan yang pesat, kemudian mulai menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Saat ini virus tersebut telah menyebar secara global dan menjadikan penyebaran virus ini sebagai pandemi global.

zxc1

Sudah lebih dari 5 bulan ini bangsa Indonesia hidup dalam ancaman pandemi bernama Covid-19, Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya wabah ini. Namun, tulisan ini tidak akan menyoroti bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap penanganan Covid-19. Tulisan ini akan secara spesifik bercerita tentang bagaimana seorang wartawan bersikap di tengah ancaman wabah dan ketidakpastian, bagaikan buah simalakama diantara pilihan untuk tetap produktif atau meninggal tanpa perlindungan, dan bagaimana menyajikan fakta yang ada tanpa membuat orang takut namun jadikan masyarakat cerdas beetahan di tengan pandemi.

Ratusan ribu hingga jutaan orang yang telah dinyatakan positif terserang virus ini. Penyebaran virus ini telah berdampak luas bagi ekonomi dan sosial. Selain itu, juga banyak kontroversi yang ada di media sosial terkait penyakit ini termasuk dalam cara pencegahan dan tata cara menghindari penyebaran virus. Hal ini membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Data yang dikumpulkan Oleh Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penangulangan Covid-19 menunjukkan hingga 18 Agustus 2020 pukul 16.47 WIB, total angka kasus positif COVID – 19 di Indonesia bertambah 1.673 kasus sehingga secara keseluruhan menjadi 143.043 orang pasien. Ada lebih dari 6.277 nyawa telah melayang akibat terinfeksi virus ini. Meski begitu terdapat 96.306 pasien yang sembuh dan memulai kehidupan normal seperti sedia kala.Jika dilihat dari pertanyaan Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat kematian individu dikaitkan dengan umur dan riwayat kesehatan. Orang – orang yang rentan terinfeksi Covid- 19 dan membutuhkan penanganan khusus adalah kelompok umur tua dan / atau orang yang memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, gangguan jantung, paru – paru, kanker dan diabetes.

zxc2

Sebagai seorang Jurnalis/wartawan yang menjadi garda terdepan dalam memberikan informasi terkait virus corona (Covid-19) selalu berusaha menyuguhkan informasi terupdate dan Media telah mengikuti perkembangan dari kondisi Covid – 19 saat ini, menjadikan wartawan bearada pada sebuah pilihan antara tetap produktif dan ancaman meninggal tanpa perlindungan,iya sebuah ancaman saat harus turun ke lapangan untuk tetap produktif di tengah pandemi yang terus merambah.

Seorang Jurnalis dalam memberikan informasi coronavirus atau Covid-19. Mereka harus memastikan informasi akurat, memeriksa fakta simpang siur, hingga nantinya bisa disuguhkan kepada khalayak ramai sebuah informasi yang akurat yang bukan hanya sekedar menambah rasa takut publik terhadap fakta fakta yang ada, namun sebuah tulisan yang di tantang bisa membuat masyarakat semakin cerdas bertahan di tengan pandemi.

Dengan adanya berbagai pemberitaan yang terus menerus bermunculan dan pembaruan status tentang positif Covid – 19 ini terus menerus bertambah sejak 5 bulan terakhir. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh jurnalis selama pandemi Covid – 19 dan peranan media dalam mengendalikan isu – isu yang terus bertambah setiap harinka.

Sudah terhitung 5 bulan terakhir ini masyarakat dibuat resah akan adanya wabah virus Covid – 19 sejak dilaporkan. Jika dibandingkan dengan jumlah yang diketahui saat virus ini muncul dengan jumlah virus yang saat ini, kasus ini terbilang sangat luar biasa. Karena berbagai pemberitaan terus bermunculan, membuat bingung dan resah bagi para pengikut pembaca berita. Dengan banyaknya berita yang masuk saat ini dapat berdampak bagi masyarakat salah satunya yaitu kepercayaan masyarakat terhadap media karena banyaknya pendapat dan pandangan yang berbeda mengenai kasus – kasus virus ini.Terlebih lagi ada beberapa pemberitaan yang membuat takut masyarakat dengan adanya fakta kasus yang terus bertambah, hingga sebuah tantangan untuk menjadikan masyarakat cerdas bertahan di tengah pandemi, sungguh peran dari media masa sangat penting dalam kondisi sekarang.

Dengan adanya keadaan seperti ini membuat para wartawan, jurnalis dan organisasi media memiliki peranan penting dalam mengikuti perkembangan informasi yang dapat diandalkan dan memeriksa fakta dari informasi, agar tetap dapat dijadikan sebagai sumber terpercaya oleh masyarakat. Salah satu bagian yang selalu bergerak dalam wabah ini adalah jumlah kasus yang terus meningkat setiap harinya. Jumlah yang terus meningkat ini membuat menarik perhatian publik, tetapi juga penting bagi negara untuk mengkomunikasikan cerita dibalik angka – angka tersebut, apa yang sudah dilakukan oleh negara untuk merespon virus ini dan apa yang dapat dilakukan oleh individu, juga memastikan bahwa cerita ini memiliki informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, agar masyarakat dapat percaya. Masyarakat juga dapat merasa lebih tenang dan nyaman saat informasi terkait isu – isu yang bertaburan ini jelas dan transparent.

Awalnya wabah ini hanya berdampak pada bidang kesehatan. Namun, setelah wabah ini menyebar secara global, mulai mempengaruhi dalam bidang – bidang lain. Seperti bidang pariwisata dan perjalanan, ekonomi, dan bisnis. Menjadikan berbagai tempat – tempat wisata yang tutup, dan dalam bisnis juga berpengaruh karena toko dan mal sudah mulai ditutup. Hanya toko sembako aja yang hanya boleh dibuka, untuk toko peralatan rumah tangga banyak yang sudah tidak diperbolehkan untuk beroperasi.

Kejadian – kejadian tidak terduga ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi jurnalis dan perusahaan media. Banyak jurnalis yang saat ini meliput, harus mempelajari tentang virus ini, karena adanya potensi kesalahan informasi yang didapatkan tidak sengaja yang berujung menyesatkan masyarakat.

Peran sumber media terpercaya tidak hanya untuk mengabaikan namun juga menyangkal informasi yang salah. Hal ini dilakukan dengan memikirkan apa yang dipercayai oleh audiens, seperti sumber terpercaya, menunjukkan empati terhadap mereka yang terkena dampak Covid – 19, ataupun penggunaan bahasa yang sesuai dalam menyampaikan isu – isu. Bahasa yang tepat sangat diperlukan untuk mematahkan stigma masyarakat. Virus ini tidak dapat membedakan antar kebangsaan, suku dan sebagainya, jadi tidak ada alasan bagi jurnalis untuk menulis stigma yang dapat merugikan pihak tertentu. Daripada membuat stigma untuk menjatuhkan lebih baik para jurnalis untuk menawarkan informasi yang lebih praktis kepada audiens, seperti alamat informasi tentang Covid – 19 yang dapat diakses oleh masyarakat atau tips mencuci tangan dan cara yang dapat dilakukan untuk menghindarkan diri agar tidak terjangkit virus Covid – 19.

Jurnalis menjadi frontliner untuk informasi terkait virus corona (Covid-19). Covid-19 ini, scientist masih mempelajarinya terus-menerus. Jangan sampai kita percaya dengan informasi yang simpang siur. Jadi filternya ada di mediaSelain itu, , peran jurnalis sangat penting pada masa pandemi sekarang ini. Sayangnya, menurut survei International Federation of Journalists (IFJ) yang diikuti 1.300 jurnalis dari 77 negara pada 26-28 April 2020, perlindungan terhadap jurnalis masih belum maksimal.

Secara global peran jurnalis tidak sebanding dengan perlindungan yang diberikan oleh mereka,Pada masa pandemi sekarang ini, banyak freelance (tenaga lepas) jurnalis kehilangan pekerjaan dan banyak media memangkas biaya untuk membayar kontributor. Permasalahan lain yang dihadapi jurnalis pada masa pandemi sekarang ini adalah rasa tidak aman saat meliput lantaran tidak dibekali alat perlindungan diri yang memadai.

Tidak hanya itu, saat Covid-19 tuntutan hukum juga semakin tinggi.Kita lihat terutama label bahwa mereka ini menyebarkan informasi palsu. Urusan kesehatan mental juga begitu penting, pada masa pandemi ini jurnalis mengalami kecemasan. Mereka harus meliput, tapi juga berpikir tentang kelangsungan pekerjaan mereka namun kami tidak pernah lari walaupun di tengah pandemi.