Menu

Masalah Psikologis dan Sesak Nafas, Itulah Efek Jangka Panjang dari Covid-19

Devi 11 Oct 2020, 00:14
Masalah Psikologis dan Sesak Nafas, Itulah Efek Jangka Panjang dari Covid-19
Masalah Psikologis dan Sesak Nafas, Itulah Efek Jangka Panjang dari Covid-19

RIAU24.COM -  EFEK virus Covid-19 pada tubuh manusia dikatakan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama meski sudah terbebas dari wabah. Walaupun virus menyerang sistem pernafasan, namun dapat menyebabkan kerusakan organ yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan dalam jangka panjang.

Berikut ini beberapa dampak virus Covid-19 pada tubuh dalam jangka panjang.

1. Kerusakan organ
Ada beberapa organ yang akan memiliki efek jangka panjang akibat Covid-19 termasuk jantung. Studi yang dilakukan beberapa bulan setelah pasien sembuh menunjukkan kerusakan permanen pada otot jantung. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko gagal jantung di kemudian hari.

Padahal, paru-paru juga bisa terkena virus. Alveoli di paru-paru (kantung udara kecil) dapat menyebabkan masalah pernapasan jangka panjang.

Otak juga dapat terpengaruh dan dapat menyebabkan stroke, kram, dan sindrom Guillain-Barre yang merupakan kelumpuhan sementara. Ia juga dikatakan meningkatkan risiko penyakit parkinson dan Alzheimer.

2. Masalah pembuluh darah
Covid-19 dapat menyebabkan sel darah menggumpal dan akan menyumbat pembuluh darah kecil di otot jantung. Selain itu, juga dapat melemahkan pembuluh darah hingga membahayakan fungsi hati dan ginjal.

3. Masalah psikologis
Pasien Covid-19 yang parah membutuhkan perawatan intensif dengan bantuan ventilator. Hal ini dapat menyebabkan trauma dan masalah psikologis. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Leeds juga menemukan bahwa beberapa pasien mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Selain itu, beberapa masalah lain juga terdeteksi seperti insomnia, depresi bahkan gangguan obsesif-kompulsif. Wanita lebih mungkin mengalami stres psikologis dibandingkan pria.

4. Sesak nafas
Banyak mantan pasien yang terus mengalami sesak nafas. Itu juga terjadi karena kondisi psikologis traumatis dengan pengobatan Covid-19. Studi tersebut juga menemukan bahwa hampir 60 persen pasien mengaku mengalami sesak napas bahkan setelah didiagnosis sembuh.