Menu

Pengamat Sebut Wajar SBY Khawatirkan Utang Indonesia, Sebab Ini yang Terjadi Sejak Jokowi Memimpin

Siswandi 10 Jan 2021, 23:38
Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: int
Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: int

"Dulu zaman SBY, selama 8 tahun awal pemerintahan neraca keseimbangan primer selalu surplus. Artinya negara tidak perlu berutang untuk melunasi bunga utang. Namun di era Jokowi, sudah sejak tahun pertama memetintah, neraca keseimbangan primer selalu mengalami defisit," jelasnya.

Ditambahkannya, nilai defisit keseimbangan primer terus membengkak. Bila di tahun 2014 defisit keseimbangan primer di angka Rp94 triliun, tahun 2020 defisit keseimbangan primer sudah melewati Rp700 triliun.

"Meningkat 7 kali lipat, artinya di bawah Jokowi, sudah 6 tahun ini negara perlu berutang untuk melunasi bunga utang. Dengan nilai defisit keseimbangan primer yang terus membengkak," sambungnya.

Gede juga melihat ada hal lain yang mendasari mengapa utang Indonesia menjadi begitu besar. Salah satunya adalah karena karena pemerintah yang menurutnya terlalu bernafsu, namun tidak diimbangi dengan perhitungan yang matang. 

Gede melihat pemerintah berlebihan melakukan pembiayaan atau menambah utang.

Ia mengurai, defisit anggaran tahun 2020 hanya Rp 956,3 triliun. Namun pemerintah terlalu bersemangat menarik utang baru hingga Rp1.190,9 triliun. Artinya, terdapat kelebihan penarikan utang sebesar Rp234,7 triliun, yang dinamakan sisa anggaran tidak terpakai.

Halaman: 123Lihat Semua