Menu

Sempat Diklaim Jokowi Terkendali, Indonesia Salip India Dalam Kasus Covid-19 dan Jadi Yang Tertinggi di Asia

Satria Utama 1 Feb 2021, 11:01
Presiden Jokowi
Presiden Jokowi

RIAU24.COM -  Meski Presiden RI Joko Widodo beberapa waktu lalu sempat menyampaikan bahwa pemerintah sukses mengendalikan virus COVID-19, namun faktanya jumlah kasus aktif COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Ironisnya, pada Minggu, 31 Januari 2021 Indonesia resmi melampaui India dalam hal penyebaran COVID-19.

Berdasarkan data yang dikutip dari laman World O Meter, kasus aktif COVID-19 di tanah air mencapai 175.095. Sedangkan, India memiliki kasus aktif 170.203.  Jumlah ini menjadi yang tertinggi di kawasan Benua Asia dan ke-15 di dunia.

Sementara, total kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 1.078.314, di mana pada Minggu kemarin ada penambahan 12.001 kasus baru. Kasus aktif adalah jumlah orang yang masih dinyatakan positif COVID-19.

Di sisi lain, jumlah kasus positif COVID-19 di India mencapai 10.758.619. Angka ini 10 kali lipat dibandingkan yang ada di Indonesia. Tetapi, angka kesembuhan mereka juga tergolong tinggi yaitu 10.433.988.

Berdasarkan catatan Pandemic Talks, salah satu yang menyebabkan kasus COVID-19 di India bisa menurun karena mereka mampu melakukan 5,2 juta tes setiap minggunya. Pemerintah ikut menggandeng laboratorium milik swasta untuk meningkatkan kapasitas lab.

"Selama periode lockdown (Maret - Juni 2020) jumlah laboratorium telah bertambah hampir 10 kali lipat dari yang semula hanya 123 pada Maret, kemudian meningkat menjadi 1.000 pada Juni 2020 lalu. Pemerintah terus menggenjot kapasitas lab sehingga pada Januari 2021 sudah ada 2.360 lab yang melayani sampel diagnosis COVID-19," demikian ujar Pandemic Talks di akun media sosialnya pada Minggu kemarin.

Selain itu, Pemerintah India menggunakan strategi untuk menggabungkan rapid test antigen dengan tes PCR. Hasilnya, kasus positif COVID-19 bisa ditemukan dengan cepat. Salah satu metodenya yaitu bila orang yang kontak erat dengan individu yang tertular dinyatakan negatif melalui rapid antigen, maka warga tetap wajib menjalani tes PCR hingga ditemukan hasil negatif.

India juga disebut memiliki sumber daya manusia yang berlimpah dan berkualitas. 80 persen kontak erat mampu dideteksi hanya dalam kurun waktu tiga hari sejak kasus ditemukan. "Pemerintah India merekrut 1 juta tenaga tracer di mana terdapat 75 orang tracer untuk 100 ribu orang penduduk. Tenaga tracer itu sudah dilatih untuk mendeteksi kontak erat dengan pasien positif dengan sangat cepat," kata Pandemic Talks. ***