Menu

Enggan Mengomentari Tentang Kudeta Demokrat, Rachland Nashidik Sebut Begini

M. Iqbal 2 Feb 2021, 09:25
Rachland Nasidik
Rachland Nasidik

RIAU24.COM - Politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik enggan menanggapi soal adanya dugaan 4 orang lain yang diduga sebagai dalang kudeta Partai Demokrat.

Dilansir dari Rmol.id, dia menyebutkan fokus publik dalam kasus ini harus tetap diarahkan pada perilaku kekuasaan yang cawe-cawe di internal partai.

"Apa yang jadi concern publik adalah perilaku kekuasaan. Dan sebaiknya kepada hal itu fokus," kata dia, Selasa, 2 Februari 2021.

Kemudian, ketika disinggung tentang nama-nama selain Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko, yang menjadi dalang kudeta, Rachland juga enggan menanggapi. Dia beralasan semua itu bisa diselesaikan secara internal.

"Saya tidak terlalu perhatikan. Persoalan tersebut bisa diselesaikan secara internal,” tandas Rachland.

Untuk diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan jika ada 5 orang yang yang menggalang manuver politik. Mereka adalah 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.

Sementara satu lagi adalah non kader partai yang kini menjadi seorang pejabat tinggi pemerintahan. Untuk nama non kader partai yang kini menjabat sebagai pejabat tinggi pemerintahan sudah terjawab. Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief gamblang menyebut Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko.

Sementara mengenai kader Demokrat aktif yang turut menggalang kudeta, kabar yang beredar mengerucut pada nama Johny Alen Marbun. Untuk nama kader yang disebut tidak aktif lagi sejak 6 tahun lalu, kabarnya adalah Marzuki Alie.

Adapun nama kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat karena kasus korupsi diduga adalah Muhammad Nazaruddin. Sedangkan nama mantan kader yang sudah keluar sejak 4 tahun lalu diduga adalah Max Sopacua.