Menu

Sistem Kesehatan Indonesia Diprediksi Runtuh Saat Indonesia Memerangi Gelombang COVID-19

Devi 3 Jul 2021, 08:58
Foto : Aljazeera
Foto : Aljazeera

RIAU24.COM - Infeksi COVID telah melonjak di Indonesia, negara berpenduduk 270 juta orang, dalam seminggu terakhir, dengan lebih dari 2 juta kasus dilaporkan pada hari Sabtu, dan tingkat hunian rumah sakit melonjak hingga lebih dari 75 persen di ibu kota Jakarta dan daerah yang terkena dampak parah lainnya. Negara ini juga bergulat dengan jenis virus baru, termasuk varian Delta yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di India.

Di Jakarta, lonjakan kasus telah memaksa rumah sakit untuk mendirikan tenda darurat, menurut situs berita Detik, yang mengutip pejabat pemerintah provinsi. Di Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, Dr Inke Nadia D Lubis, anggota gugus tugas COVID di daerah, melaporkan bahwa dalam enam bulan terakhir sebanyak 1.800 anak telah terinfeksi virus, termasuk 14 yang telah meninggal.

Lebih dari sepertiga kasus yang dilaporkan adalah siswa usia sekolah dasar, sementara seperempatnya adalah siswa usia sekolah menengah, kata Inke seperti dikutip Detik.

Pada hari Jumat, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa negara ini sedang menghadapi “situasi luar biasa”, berjanji untuk merespons dengan “kebijakan yang cepat dan tepat”.

Hampir 1.000 petugas kesehatan Indonesia juga telah meninggal karena virus sejak pandemi dimulai, dengan asosiasi medis negara itu mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa 401 dokter termasuk di antara para korban, termasuk 14 yang divaksinasi sepenuhnya.

Bulan ini, lebih dari 300 dokter dan petugas kesehatan yang divaksinasi di Jawa Tengah ditemukan terinfeksi COVID-19, dengan sekitar selusin dirawat di rumah sakit.

Maraknya kasus parah pada pekerja medis yang disuntik telah menimbulkan pertanyaan tentang suntikan Sinovac yang diproduksi China, yang sangat diandalkan Indonesia untuk memvaksinasi lebih dari 180 juta orang pada awal tahun depan.

Gejala klinis menunjukkan bahwa strain bertanggung jawab atas lonjakan kasus di Jawa Barat, kata juru bicara asosiasi medis provinsi tersebut, Eka Mulyana. “Di Jawa Barat, tingkat hunian tempat tidur sudah melebihi 90 persen. Tarif beberapa rumah sakit bahkan lebih dari 100 persen,” katanya kepada wartawan.

“Pada tingkat ini, sistem kesehatan kita hampir runtuh.”

Puluhan komunitas di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, dikunci setelah varian Delta terdeteksi dalam sampel pengujian lokal, menyebabkan lonjakan kasus virus secara tiba-tiba. Lonjakan itu sebagian disebabkan oleh jutaan orang yang bepergian dari wilayah itu di seluruh negara berpenduduk mayoritas Muslim pada akhir Ramadhan bulan lalu, meskipun ada larangan resmi terhadap migrasi tahunan. Perwakilan Ikatan Dokter Indonesia di Kudus, Ahmad Ipul Syaifuddin, mengatakan pergerakan massa membuat hampir tidak mungkin untuk menentukan dari mana lonjakan itu dimulai.

"Kami tidak tahu bagaimana melacak dan menemukan penyebar pertama kasus Delta karena hasil uji sampel keluar sekitar tiga minggu setelah eksodus massal," katanya.

“Sampel saya termasuk di antara sampel yang diuji untuk varian Delta. Saya sudah pulih dan (telah) dites negatif sekarang, tetapi saya masih batuk.”

Sementara itu, seperti dilansir dari The Jakarta Post melaporkan bahwa di antara mereka yang baru saja terinfeksi virus corona adalah seorang pejabat Indonesia yang tidak disebutkan namanya, yang sedang bepergian ke Italia untuk menghadiri konferensi internasional. Pejabat itu dikarantina selama 10 hari setelah dinyatakan positif setibanya di kota pelabuhan Catania, Sisilia, tempat para pejabat dari seluruh dunia berkumpul untuk serangkaian pertemuan tingkat menteri G20.