Menu

Berhasil Mengubah Jalan Hidupnya, Mantan Pecandu Heroin Ini Sukses Jadi Penjaga Istana Buckingham

Rizka 8 Jan 2022, 19:49
Google
Google

RIAU24.COM -  Seorang pria bernama Paul Boggie dulu adalah mantan pecandu heroin. Upayanya lepas dari narkotika membawanya ke kehidupan baru sebagai penjaga Istana Buckhingham.

Paul mulai menghisap heroin pada usia 18 tahun ketika obat terlarang itu tiba di perkebunan Craigentinny, tempat dia tinggal di Edinburgh, Skotlandia.

Pria berbadan tegap ini saat itu kesal karena berselisih dengan teman-temannya. Ketika salah satu temannya menawarkan heroin, dia tidak menolak.

Tak lama setelah dia masuk ke dalam lingkaran hitam itu, Paul memiliki tunggakan utang sebesar 16.000 pound (sekitar Rp310 juta). Dia menggunakan slip gajinya untuk mengambil pinjaman.

Meskipun menggunakan heroin setiap hari, termasuk di toilet kantornya, Paul tetap menjalankan pekerjaannya sebagai kurir surat.

Paul mampu menyembunyikan kenyataan bahwa dia pengguna narkotika dari atasan dan keluarganya. Dia berbohong bahwa matanya yang memerah setelah menghisap heroin disebabkan oleh alergi.

Namun pada suatu ketika, razia kepolisian membuatnya tidak dapat membeli heroin selama delapan jam. Saat itu dia merasakan dampak yang begitu buruk.

"Saya ingat ketika saya akhirnya mendapatkan obat itu lagi, saya merasa luar biasa, semua rasa sakit fisik, menggigil dan hidung dan mata berair semua hilang. Tapi kemudian saya berpikir, 'Oh tidak, saya pikir saya baru saja menandatangani surat kematian saya'. Ini adalah kesadaran bahwa saya berada dalam bahaya besar karena saya sangat mencintai heroin dan saya tidak ingin berhenti. Saya ingat, saya yakin saat itu saya pasti kecanduan. Seiring berlalunya waktu, keterikatannya dengan heroin mulai memicu dampak negatif.

Paul kehilangan pekerjaannya dan mulai terlihat tidak sehat. Suasana hatinya tidak karuan. Dan saat itu pula, banyak orang mulai menyadari kondisinya.

Bobot tubuh Paul susut hingga mencapai 50 kilogram. Berat badannya tidak ideal untuk seseorang dengan tinggi 172 sentimeter. Paul berkata, saat itu dia menunggu untuk mati.

"Saya menyerah pada hidup, saya hanya fokus untuk mendapatkan heroin. Saya berkubang dalam mengasihani diri sendiri dan heroin mengambil semuanya. Untungnya orang tua saya selalu membiarkan saya tinggal di rumah mereka walau saya tidur di tangga. Anda tidak merasakan sakit atau dingin karena Anda bahagia di mana pun Anda berada saat menggunakan heroin," kata Paul.

Paul sempat 13 kali mencoba berhenti menggunakan heroin, tapi kecanduan itu selalu kambuh. Dia akhirnya mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan lembaga amal Cyrenians untuk para tunawisma.

"Saya melihat diri saya dan berkata 'Jangan pernah meminta heroin lagi karena kamu tidak mendapatkannya'. Begitulah," kata Paul.

Sejak saat itu, dia benar-benar meninggalkan heroin. Beberapa tahun kemudian, berat badannya kembali normal dan dia mendapatkan pekerjaan di swalayan Morrisons.

Saat itu Paul memutuskan untuk melamar menjadi anggota Scots Guard, sebuah resimen Angkatan Darat Inggris yang bertugas menjaga Istana Kerajaan Inggris. Pada waktu itu, usia Paul 30 tahun.

Enam bulan setelah bergabung dengan Angkatan Darat, dia ditugaskan menjaga Istana Buckingham.

Setelah lima tahun di berdinas di Scots Guard, Paul diminta menjalani pelatihan militer lain. Dia diagendakan berdinas di Afghanistan. Namun pada pelatihan itu dia jatuh dari truk. Punggungnya patah.

Atas alasan medis, Paul dipulangkan dan batal bertugas ke Afganistan. Dia diberi resep obat penghilang rasa sakit untuk tulang belakangnya yang hancur. Namun kemudian dia sangat bergantung pada obat itu.

Nadin Dunnigan PhotographyPaul kini menjalani kehidupan baru bersama istrinya, Stephanie dan putrinya, Cherise.

Pada masa karantina wilayah akibat pandemi Covid-19, Paul mulai menulis buku berjudul Heroin to Hero. Seluruh hasil penjualan buku itu dia sumbangkan untuk tunawisma.

Buku itu berisi kenangannya lepas dari heroin, yang memungkinkannya berhenti meminum obat penghilang rasa sakit.

"Saya hanya memilih untuk hidup dengan rasa sakit sekarang daripada minum pil. Sekarang Paul kerap berbicara di banyak sekolah untuk mengampanyekan dampak buruk narkotika. Dia juga menyediakan diri untuk sesi konseling bagi narapidana di penjara. Semuanya dia lakukan secara gratis.Narkotika itu buruk, kecanduan itu mengerikan. Sulit untuk menghentikan kecanduan. Anda akhirnya menerima nasib Anda dan Anda bisa berakhir mati seperti banyak teman saya," kata Paul.