Menu

Tingkatkan Produksi Pisang Batu, Petani Kuansing Harap Pembinaan RAPP Berlanjut

Devi 3 Dec 2021, 10:08
Foto : Internet
Foto : Internet

RIAU24.COM - Hampir tiga tahun petani pisang batu di Desa Talontam, Kecamatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) menekuni usaha mereka yakni sejak 9 Oktober 2018 lalu. Produksi mereka telah mengurangi ketergantungan pedagang usaha kecil menengah (UKM) yang memanfatkan bahan dasar pisang batu dari luar Kabupaten Kuansing seperti pedagang gorengan yang ada di daerah ini.

Imbasnya, bagi para pedagang pisang goreng, kolak dan makanan berbahan pisang batu lainnya dapat membeli buah pisang lebih murah dan berdampak pada daya saing harga jual produk mereka kepada para konsumen. Termasuk harga beli bagi para konsumen.

Penanaman pisang batu merupakan program Community Social Responbility (CSR) PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) dalam rangka pemanfaatan sungai dan bantaran sungai untuk meningkatkan perekonomian warga masyarakat. Tindak lanjut Memorandum of Understanding (MoU) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuansing dengan PT RAPP.

Sampai penghujung tahun 2021 para petani pisang kipas di Desa Talontam masih bertahan. Bahkan pengelolaan sudah dikoordinir oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Talontam agar proses produksi dan pemasaran tetap stabil.

Peninjauan dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikulturan Provinsi Riau ke lokasi penanaman pisang batu di Desa Talontam.

“Sekarang sudah dikelola oleh BUMDes," kata Kepala Desa Talontam, Raja Helpi Alfonso, Selasa (16/11).

Diakuinya, sejak dicanangkan PT RAPP memberi bantuan stimulan kepada warga desanya untuk menanam pisang batu tersebut melalui bantuan bibit dan pupuk serta yang lainnya. RAPP juga membangun kemmitraan dengan pengusaha di Pekanbaru agar hasil panen pisang batu petani di Desa Talontam dapat terserap.

Dipaparkannya, sejak dimulai tahun 2018 yang lalu terdapat dua hektar lahan untuk penanaman pisang batu di Desa Talontam. Dalam satu hetare lahan dapat ditanam lebih kurang 700 pohon pisang batu. Jumlah tersebut karena mereka menerapkan jarak tanam 3x4 meter. Di luar lahan dua hektar tersebut masih ada warga desa Talontam yang ikut menanam secara swadaya pisang batu. Mereka teratrik menanam komoditas tersebut karena melihat prospek penjualan pisang batu yang sangat baik. Jumlah pohon pisang batu yang ditanam warga di luar dua haktera yang dikelola BUMDes mencapai seribu pohon.

“Jadi jumlah keseluruhan pohon pisang batu yang ada di Desa Talontam hampir 3 ribu batang,” katanya.

Hanya saja saat ini terdapat kendala dan tantangan yang dihadapi petani pisang batu di Desa Talontam. Kendala tersebut berupa ganguan hama penganggu yang berasal dari tupai dan monyet.

“Serangan tupai dan monyet sangat menganggu perkembangan tanaman pisang batu,” ujarnya.

Tupai bebernya menyerang jantung pisang batu saat masih berumur satu bulan. Mereka memakan jantung tupai tersebut. Setelah gangguan dari tupai datang lagi serangan monyet yang memakan jantung pisang yang sudah besar atau yang sudah diserang tupai. Gangguan dari tupai dan monyet tersebut berakibat fatal. Karena, banyak membuat produksi pohon pisang batu menjadi gagal karena jantung pisang sudah banyak yang rusak.

Menurutnya, menahan laju gangguan dari tupai dan monyet dirasakan cukup sulit bagi para petani. Berbeda dengan menahan gangguan hama dari hewan lain seperti sapi, kerbau, kambing dan babi.

Pasalnya, tupai dan monyet bisa meloncat dan memanjat. Walapun lahan tanaman pisang batu di pagar, mereka tetap bisa memanjat pagar atau meloncar dari pohon-pohon yang ada di sekitar lahan tanaman pisang kipas itu.

“Walaupun lahan pisang batu di pagar rapat tetapi untuk tupai dan monyet tidak ampuh. Mereka bisa meloncat dan memanjat,” ujarnya.
Untuk itu mereka berharap PT RAPP dapat membantu pelatihan dan sarana untuk mengatasi gangguan hama dari tupai dan monyet tersebut agar produksi pisang batu tidak gagal terus menerus dalam skala besar.

“Kami mendapat informasi bahwa PT RAPP bakal menggelar pelatihan mengatasi serangan hama tupai dan monyet untuk petani pisang batu di Desa Talontam. Alhamdulillah, semoga cepat terwujud,” katanya.

Dalam pelatihan yang akan digelar tersebut, menurutnya, RAPP bakal memfasilitasi pelatihan sedangkan narasumber didatangkan dari ahli yang dikoordinasikan dengan dinas terkait. Sebab menurut Raja Helpi, tujuan penanaman pohon pisang batu ini bermuara pada peningkatan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan lahan kosong yang ada di bantaran Sungai Kuantan.

Prospek tersebut terlihat, karena produksi pisang batu saat ini masih berlangsung dari petani di Desa Talontam. Ke depan mereka menargetkan Desa Talontam menjadi sentra penghasil pisal batu di Kuansing dan menjadi ikon Desa Talontam di masa mendatang.

Sebab katanya, harga jual pisang batu lumayan tinggi di pasaran dan permintaan juga sangat tinggi. Untuk satu tanda pisang batu harga berkisar antara Rp100 ribu sampai dengan Rp150 ribu.

Tanaman pisang batu di Desa Talontam yang sudah siap panen.

“Tergantung dengan jumlah sisir pisang dalam satu tandan. Semakin banyak semakin tinggi harganya,” kata Raja Helpi.

Pengembangan pisang batu di Desa Talontam yang disupport PT RAPP dilakukan Selasa (9/10/18) lalu di Desa Talontam Benai. Saat itu juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara Kepala Desa Talontam, Raja Helpi Alfonso dengan pihak pengelola pisang kipas di Jalan Kuantan Pekanbaru yang disaksikan langsung Bupati Kuansing periode 2016-2021, Drs H Mursini MSi, Direktur LPPM UR Prof DR Harlen MM dan Direktur CSR PT RAPP Marzum Hamid di Desa Talontam Benai.

Kerja sama pengembangan budidaya pisang ini merupakan tindak lanjut kerja sama antara Pemkab Kuansing dan Univeritas Riau (UNRI) pada awal tahun 2017 lalu yang diwujutkan melalui seminar dan lokakarya pemanfaatan sungai dan bantaran sungai yang dilaksanakan pada 2 November 2017 di Pekanbaru.

Direktur LPPM UR Prof DR Harlen mengemukakan LPPM UR telah menetapkan dua desa di Kabupaten Kuansing untuk dijadikan sentra penanaman pisang. Yaitu Desa Talontam, Desa Benai dan Desa Kinali Kecamatan Kuantan Mudik. Tujuan dari kerja sama yang bermuara kepada kegiatan penanaman pisang di Desa Talontam Benai ini adalah meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan lahan kosong yang ada di bantaran Sungai Kuantan.

"Ada banyak program dan kegiatan yang dirancang LPPM UR untuk pengembangan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan sungai dan bantaran Sungai Kuantan. Salah satunya adalah penanaman pisang batu ini," terang Harlen.