Menu

Kisah Wanita Jalani Magang di Jepang, Sedang Hamil Tapi Diminta Aborsi hingga Dipaksa Berhenti oleh Atasan

Rizka 14 Apr 2022, 04:25
Google
Google

RIAU24.COM -  Kisah pilu terjadi dalam program kerja magang di Jepang. Perempuan hamil yang sedang mengikuti program itu mengaku diminta atasannya untuk mengaborsi janinnya. Bila menolak, mereka lalu akan dipaksa berhenti bekerja.

Kisah itu salah satunya dialami Vanessa, warga Filipina yang mengikuti program teknis di Jepang. Ia bekerja di sebuah rumah perawatan di Fukuoka saat mengetahui dirinya hamil. Ia pun menyampaikan informasi itu kepada atasannya, seraya berharap bisa kembali bekerja setelah melahirkan.

Alih-alih disambut gembira, menurut perempuan berusia 25 tahun itu, bosnya malah menyuruh ia dan pasangannya untuk mengaborsi janin itu. Padahal, dalam keyakinannya sebagai umat Katolik, aborsi adalah hal yang tabu dan sebuah kejahatan.

"Otakku saat itu berpikir, 'betapa beraninya (mereka).' Mengaborsi janin adalah pilihan ibu, bukan orang lain," ucapnya kepada AFP, dikutip Rabu (13/4).

Ketika ia menolak permintaan itu, atasannya memaksanya untuk berhenti bekerja. Kisah Vanessa hanya salah satu contoh, menurut aktivis, tentang kekerasan yang dihadapi pekerja rentan dalam program kontroversial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jepang.

Program yang merekrut 275 ribu pekerja dari berbagai negara, termasuk China dan Vietnam, pada tahun lalu itu semestinya memberi kesempatan mendapatkan keterampilan khusus bagi partisipan. Keterampilan itu kemudian bisa digunakan saat mereka kembali ke negara masing-masing.

Program magang itu dinilai bisa menyediakan sumber tenaga kerja yang berharga mengingat populasi Jepang yang menua dan sejumlah kecil pekerja migran. Namun, skema tersebut telah dirundung tuduhan diskriminasi dan kekerasan fisik, khususnya pemagang teknis perempuan yang hamil.

Kementerian Kesehatan Jepang menyebut 637 pekerja magang teknis berhenti sepanjang 2017--2020 karena mereka hamil atau melahirkan. Sebanyak 47 orang di antaranya berharap bisa melanjutkan program magang.

Namun, sejumlah advokat menyebut angka itu hanya puncak gunung es. Tidak ada statistik yang jelas bagaimana yang lainnya ditekan untuk mencegah atau mengaborsi kehamilan.

Secara teknis, pekerja magang dilindungi oleh undang-undang Jepang yang melarang pelecehan atau diskriminasi berdasarkan kehamilan. Tapi, "pelecehan maternitas" tetap menjadi masalah bagi wanita Jepang, dan pekerja magang teknis asing seringkali bahkan lebih rentan.