Menu

Belajar Dari Sosok Singa Podium Asal Minangkabau: Mohammad Natsir

Zuratul 21 Jun 2022, 10:32
Ilustrasi/merdeka.com
Ilustrasi/merdeka.com

Walau begitu, sosok Natsir adalah potret bagaimana rajutan antara lawan dan kawan merupakan sebuah hal yang normal. Di Kafetaria gedung dewan, ia kerap bercengkrama dan tertawa bersama D.N. Aidit, tokoh sentral dari Partai Komunis Indonesia, Ngopi bareng. Meregangkan urat-urat dan tensi pertentangan.

Padahal, semua orangpun tahu bahwa pendirian dan pandangan keduua tokoh itu ibarat bumi dan langit, satu dengan lainnya hampir tidak ada titik temu.

Namun Natsir pun paham, bahwa ada kalanya ia harus ‘menyerang’ dan ada kalanya juga ia bertegur sapa, kabar dan tentu saja sembari berharap,  muslimin yang telah terbawa arus komunisme, tertarik untuk kembali kepada Islam.

Natsir pun bukan seorang yang pendendam. Kala dekrit Presiden digunakan sebagai palu godam kekuasaan yang memaksa pembubaran Sidang Konstituante hingga merambat pada peristiwa Permesta yang merugikan Masyumi dan berujung dibubarkan partai secara paksa.

Sang singa Podium ini pun pernah merasakan indahnya perjuangan di balik jeruji besi. Namun baginya, hal tersebut adalah sebuah qadha yang merupakan bagian tak terpisahkan dari proses ikhtiar dari apa yang selaam ini ia yakini kebenarannya.

Akhir kata, ia adalah sosok yang tak lekang dimakan waktu. Raganya boleh meninggalkan kita, namun semangat perjuangannya terus hidup, hari ini hingga kelak nanti. Selalu teriring doa kebaikan untuknya, Mohammad Natsir.

Halaman: 34Lihat Semua