Menu

Sejarah Robohnya Rumah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Amastya 17 Aug 2022, 15:15
Taman Monumen Proklamasi, sebagai tempat yang dulunya berdiri rumah proklamasi yang telah dirobohkan /simomot.com
Taman Monumen Proklamasi, sebagai tempat yang dulunya berdiri rumah proklamasi yang telah dirobohkan /simomot.com

RIAU24.COM Rumah Proklamasi adalah tempat dimana suara-suara kegembiraan masyarakat Indonesia terdengar lantang ketika Soekarno membacakan teks proklamasi.

Rumah yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta ini menjadi saksi kegembiraan masyarakat Indonesia kala itu.

Dikutip pada (17/8/22) dari YouTube CNN Indonesia, sebelum dirobohkan pada 1960-an lalu bangunan bersejarah tersebut merupakan tempat berdirinya rumah tempat tinggal Presiden pertama Indonesia, yakni Ir. Soekarno.

Rumah itu menjadi tempat tinggal Bung Karno sejak 1942 hingga 1946.

Di teras rumah tersebut, Soekarno pada kala itu ia membacakan proklamasi pada 17-8-1945 Pukul 10.00 pagi.

Tempat pembacaan teks proklamasi itu ditandai Soekarno dengan membangun sebuah tugu yang berlambang petir.

Tugu itu melambangkan peristiwa kemerdekaan Indonesia yang cepat dan mendadak bagaikan petir dan gemanya terdengar di seluruh dunia.

Soekarno memilih rumahnya sebagai tempat dibacakannya proklamasi karena lapangan Ikada yang lebih representatif dipenuhi tentara Jepang.

Sebelum ditempati Soekarno dan istri pertamanya, Inggit garnasih rumah proklamasi ini ditempati oleh pengacara Belanda bernama Feith.

“Jadi peruntukkannya daerah ini adalah tempat tinggal orang Belanda. Jadi jangan mimpi Kau di sini ada orang pribumi, orang Timur asing, daratan Cina, Arab, India, Pakistan itu enggak boleh, yang boleh hanya orang Belanda,” kata Rushdy Hoesein selaku Sejarawan Yayasan Bung Karno.

“Jadi ketika itu ya kan yang saya sebut kemarin itu Baron Van Asbeck tahun 30-an 31 dia pejabat. Kemudian sampai akhirnya digantikan yang Mr. Feith itu. Itu sudah tahun 35-40. Nah, dia dengan istrinya situ. Dia ada avokad seorang pengacara,” tambahnya.

Rushdy mengaku pada 1950 ia pernah diajak orang tuanya mengunjungi rumah bersejarah ini. Ia mengatakan rumah tersebut memiliki halaman yang luas, gaya bangunannya pun minimalis bergaya design art deco.

Rumah yang menjadi awal kebangkitan bangsa Indonesia dari masa penjajahan ini sayangnya ini tak bisa dijumpai lagi karena sang pemilik rumah memutuskan untuk merobohkan rumah itu pada 1960-an. Ketika gedung pola yang kini dikenal sebagai gedung Perintis Kemerdekaan mulai dibangun.

Muncul sejumlah teori tentang alasan dirobohkannya rumah itu. Salah satunya adalah rumah itu menghalangi gedung yang kini dijadikan kantor Bakamla. Sayangnya tak satupun orang tahu kebenaran dari teori-teori tersebut.

Pada 2004, pemerintah DKI sempat melakukan pembongkaran Taman proklamasi untuk melihat pondasi dari rumah bersejarah itu dengan tujuan untuk melakukan pengkajian rumah Bung Karno jika rumah ini akan dibangun kembali.

Saat ini jika Anda pergi ke Taman Monumen Proklamasi, pasti anda akan melihat ada gundukan gundukan batu.

Gundukan batu ini kabarnya adalah bekas dari pondasi rumah milik Soekarno kala itu dan beberapa waktu lalu pemerintah setempat juga sempat membongkar kembali taman tersebut.

Hal itu bertujuan untuk melihat bekas-bekas pondasi dari rumah tersebut dan memang ditemukan beberapa bekas fondasi dari rumah Soekarno pada kala itu yang cukup besar

Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta dikenal sebagai lokasi tugu proklamasi. Lahan seluas empat hektar ini kini menjadi sebuah taman yang digunakan warga untuk berbagai aktivitas dan juga wisata sejarah.

(***)