Menu

Houtman Zainal Arifin, Dari Office Boy Menjadi Vice President

Devi 11 Sep 2022, 20:33
Foto : Internet
Foto : Internet

RIAU24.COM - Bagi seseorang yang berprofesi sebagai Office Boy atau OB disebuah perusahaan, sangat kecil peluangnya untuk bisa naik jabatan.

Karena Office Boy adalah sebuah jabatan paling dasar dan paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, toilet, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Selain karena latar belakang pendidikan yang tak mumpuni, profesi OB pun sering diidentikkan dengan pekerjaan 'kasar' yang dilakoni seseorang yang berpendidikan rendah.

zxc1

Namun pria ini berhasil mematahkan pernyataan itu tidak benar.

Adalah Houtman Zainal Arifin, seorang pria yang dilahirkan pada tanggal 27 Juli 1950 di Kota Kediri Jawa Timur. 

Pengalaman hidup Houtman Zainal Arifin ini, amatlah inspiratif dan patut untuk disimak.

Houtman Zainal Arifin yang awalnya hanya seorang office boy, bisa menduduki jabatan nomor satu sebagai seorang Vice President Citibank.

Tak hanya itu, Houtman Zainal Arifin juga pernah menjabat sebagai direksi di perusahaan swasta, pengawas keuangan di beberapa perusahaan swasta, komite audit BUMN, konsultan, penulis serta dosen pasca sarjana di sebuah Universitas.

Dilansir dari blog Inmotivasi, Kamis, 13 November 2014, Houtman dilahirkan dari keluarga yang serba berkekurangan di sebuah desa terpencil di Kediri.

Meski miskin, ia tak mau patah semangat. Ia bertekad, suatu saat ingin mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.

Dan kisah hidupnya dimulai ketika lulus dari SMA.

Hotman muda nekat merantau ke Jakarta.

Dengan membawa mimpi ingin untuk hidup berkecukupan dan menjadi orang sukses di Ibukota, Houtman meninggalkan keluarganya di Kediri.

zxc2

Tanpa sanak saudara, Houtman tinggal di daerah Kampung Bali dari tahun 1951-1974.

Namun apa daya di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah.

Tidak banyak pilihan pekerjaan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta saat itu.

Bahkan sewaktu tinggal di Tanah Abang, ayahnya sakit keras.

Orang tuanya ingin berobat, tetapi tidak mempunyai biaya yang cukup.

Melihat keadaan seperti itu, ia tidak mau menyerah.

Dengan bermodal uang Rp 2 ribu hasil pinjaman dari seorang teman, Houtman menjadi pedagang asongan.

Ia menjajakan perhiasan imitasi dari jalan raya hingga ke kolong jembatan.

Tanpa mengenal lelah, ia mengarungi kerasnya kehidupan ibukota.

Usaha tak mengkhianati hasil.

Usaha dagangannya pun laku keras. Namun sayang ketika ia sudah menuai hasil dari usahanya, Tuhan memberinya cobaan.

Suatu ketika petugas penertiban datang, dagangannya diinjak hingga dibuang ke lumpur.

Dagangannya rusak.

Semuanya bercampur lumpur.

Hal itu menimbulkan iba dari teman-temannya yang berprofesi sebagai tukang sepatu, tukang sayur, dan lain-lain.

Mereka beramai-ramai membersihkan dagangan Houtman.

Dari kejadian itu, Houtman mendapatkan pengalaman berharga tentang kerasnya kehidupan Ibukota.

Meski direndahkan, Houtman tak kehilangan cita-cita dan impian.

Houtman tetap menggantungkan cita-citanya setinggi langit.

Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui.

Bila ada gedung yang menurutnya bagus dengan segera ia mengirimkan lamaran kerja.

Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Suatu hari, Houtman melihat ada orang gila mondar-mandir di sekitar rumahnya.

Orang gila itu hampir tidak pakai baju. Dia pada saat itu cuma punya baju 3 pasang.

Houtman pun dengan ikhlas memberikan orang gila itu sepasang baju plus sabun dan sisir.

Pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, tiba-tiba datang surat yang menyatakan bila dia diterima menjadi OB disebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di dunia, The First National City Bank (Citibank), sebuah bank bonafid dari Amerika Serikat.

Houtman diterima bekerja sebagai seorang Office Boy.

Houtman pun dengan cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan.

Ia pun selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik, ringan tangan untuk membantu para staf dan atasannya.

Hal itu membuat para staf tidak pelit untuk membagi ilmu kepadanya.

Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain.

Suatu hari, Houtman melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya.

Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun.

“Bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu.

“Iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab.

"Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggung jawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. 

Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu.

Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom.

Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali.

Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada.

Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank, karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial.

Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten.

Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya.

Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan. Ia selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru.

Karir Houtman pun melesat bak anak panah.

Sekitar 19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertinggi, yaitu Vice President, sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia.

Untuk jabatan tertinggi Citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

Namun pada hari Kamis tepatnya pada tanggal 20 Desember 2012, Houtman Zainal Arifin meninggal pada pukul 14.20.

Jenazahnya disemayamkan di Jln. H. Buang 33 Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta

Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA.


***