RIAU24.COM - Sembilan bulan setelah memulai ofensifnya di Ukraina, Rusia telah memasuki resesi akibat tekanan ekonomi yang disebabkan oleh sanksi Barat, menurut angka resmi yang dirilis pada hari Rabu. 

Pada kuartal ketiga, PDB turun empat persen, menurut perkiraan awal oleh kantor statistik nasional Rosstat. 

Dengan penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut, yang mengikuti salah satu ukuran serupa di kuartal kedua, Rusia sekarang memenuhi kriteria teknis untuk resesi. 

Penurunan output ekonomi antara Juli dan September adalah empat persen, yang kurang dari penurunan 4,5 persen yang telah diprediksi oleh banyak ekonom.

Penurunan perdagangan grosir sebesar 22,6 persen dan penurunan perdagangan ritel sebesar 9,1 persen merupakan kontributor utama kontraksi. 

Pertanian meningkat 6,2 persen, dan bangunan meningkat 6,7 persen. 

Ekspor dan impor, terutama suku cadang dan suku cadang industri penting, telah dibatasi oleh sanksi Barat.

Sebagai akibat dari mobilisasi parsial yang memaksa beberapa ratus ribu orang kehilangan tenaga kerja, bisnis juga berjuang mengatasi kekurangan staf. 

Rosstat melaporkan bahwa meskipun ekonomi menyusut, tingkat pengangguran di Rusia hanya 3,9 persen pada bulan September. 

Akibatnya, ekonomi Rusia semakin bergantung pada ekspor energi, yang telah menghasilkan sekitar 40 persen dari total pendapatan negara.

 

***