Anggap Korea Selatan dan Amerika Serikat Musuh, Kim Jong-un Serukan Peningkatan Rudal dalam Jumlah Besar
RIAU24.COM - Presiden Korea Utara Kim Jong Un meminta bawahannya untuk menggenjot persenjataan nuklir pada 2023 di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
Komentar Kim datang ketika Korea Utara dua kali selama akhir pekan menguji apa yang diklaimnya sebagai sistem roket peluncuran ganda yang besar, berkemampuan nuklir, yang dapat menempatkan seluruh Korea Selatan dalam jangkauannya, demikian menurut laporan dari Korean Central News Agency (KCNA), dikutip dari CNN International, Minggu (1/1).
Berbicara pada Malam Tahun Baru pada hari terakhir sesi pleno enam hari yang meninjau tahun 2022, Kim mengatakan Korea Selatan telah menjadi "musuh yang tidak diragukan lagi" dan sekutu utamanya, AS, telah meningkatkan tekanan pada Korea Utara ke tingkat "maksimum" selama setahun terakhir dengan sering mengerahkan aset militernya ke Semenanjung Korea.
Sebagai tanggapan, Kim mengatakan pada tahun mendatang bahwa Pyonyang harus memproduksi senjata nuklir taktis secara massal sambil mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang akan memberi Korea Utara "kemampuan serangan balasan cepat," demikian menurut laporan KCNA.
Komentar Kim datang pada akhir tahun yang membuat rezimnya menguji lebih banyak rudal daripada kapan pun dalam sejarah Korea Utara, termasuk ICBM yang secara teori dapat menyerang daratan AS.
Mengutip Associated Press, peluncuran tiga rudal ini berselang sehari setelah Korea Selatan meluncurkan roket berbahan bakar padat. Ketegangan kedua negara memang memanas di akhir 2022.
Korea Selatan menuduh Korea Utara menerbangkan lima pesawat tak berawak atau drone melintasi perbatasan untuk pertama kalinya dalam lima tahun.
Negeri Ginseng pun menanggapinya dengan mengirimkan pesawat tak berawaknya ke Korea Utara. Kemudian, Korea Selatan memantau dengan cermat gerakan Korea Utara dalam koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) guna meredam setiap provokasi Korea Utara.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan peluncuran tersebut menyoroti 'dampak destabilisasi' dari program senjata ilegal Korea Utara. Di sisi lain, AS tetap berkomitmen untuk menjaga pertahanan Korea Selatan dan Jepang tetap kuat.