Menu

Deretan Pejabat Jujur di Indonesia, Hidup Sederhana di Rumah Kecil

Devi 4 Mar 2023, 22:29
Foto : Suara.id
Foto : Suara.id

RIAU24.COM - Tak mau korupsi, inilah deretan pejabat jujur tapi tak punya harta di Indonesia, nomor 3 bikin haru.

Akhir-akhir ini, banyak pejabat di Indonesia yang tersangkut kasus hukum akibat gratifikasi.

Tak hanya itu, banyak pejabat di Indonesia yang memiliki gaya hidup hedon. Tak tanya itu, banyak pejabat yang suka memamerkan hartanya lewat media sosial.

Namun tahukah Anda, ternyata Indonesia punya deretan pejabat jujur tapi tak punya harta di Indonesia.

Siapa sajakah itu?

Dilansir dari Berbagai Sumber, inilah deretan pejabat jujur tapi tak punya harta di Indonesia, nomor 2 bikin bangga.

1. Marie Muhammad 

Marie Muhammad dijuluki 'Mister Clean' karena dikenal jujur, bersih dari segala macam suap dan korupsi.

Semasa hidup, Marie Muhammad diketahui pernah sebagai Dirjen Pajak tahun tahun 1988-1993 dan kemudian Menteri Keuangan tahun 1993-1998.

Ditengah pemerintahan Orde Baru yang dikenal korupsi namun Marie Muhammad tidak terpengaruh. 

Selain dikenal sebagai sosok yang bersih dan berintegritas, Marie Muhammad juga dikenal banyak orang sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja.

Jabatan mentereng yang diembannya tak lantas membuat ia lupa diri.

Bahkan Anak Kampung Ampel Surabaya ini, kala di rumah lebih sering memakai sarung dan kaos oblong.

Bahkan rumah yang Marie Muhammad miliki diperoleh sebagai haknya karena pengabdian pada negara.

Berkat upaya bersih-bersih Marie Muhammad itulah selama lima tahun Ditjen Pajak mengumpulkan uang pajak sebesar Rp 19 triliun, padahal targetnya cuma Rp9 triliun.

Namun bangsa Indonesia kehilangan tokoh teladan yang dijuluki 'Mister Clean' itu pada Minggu (11/12/2016) dinihari.

Marie Muhammad menghembuskan nafas terakhirnya di usia 77 tahun.

 

2. Baharuddin Lopa

Baharuddin Lopa pernah menjabat sebagai menteri kehakiman dan jaksa agung di era Presiden Gus Dur.

Sosoknya dikenal tegas, bersih dan antikorupsi.

Sejak masih menjadi jaksa, Lopa sudah menyatakan aparat hukum tidak boleh menerima hadiah apapun meski hanya sebatas parcel saat Hari Raya.

Ketegasan Lopa menolak hadiah tak cuma parsel. Bahkan hal-hal sederhana yang sering dianggap lazim sebagai tanda pertemanan pun ditolaknya.m

Menjadi penegak hukum sejak usia muda hingga meninggal dunia dengan jabatan Jaksa Agung pada 2001, Baharuddin Lopa telah jadi teladan akan bakti terbaik bagi negeri. 

Jabatan tinggi tidak membuat Lopa silau, bahkan dia tetap rendah hati dan menolak peluang untuk memanfaatkan posisinya.

Sebuah celengan setidaknya menjadi saksi bisu kebersahajaan Lopa.

Dikisahkan, Lopa harus menabung di celengan untuk sekadar merenovasi rumahnya, itu pun masih kurang banyak. 

Untuk menambah penghasilannya, Lopa memutuskan untuk membuka wartel dengan lima bilik telepon dan penyewaan Playstation di samping rumahnya di Pondok Bambu, Jakarta. 

Lopa juga kerap mendapatkan honor ratusan ribu dari menulis kolom di surat kabar. Dari sinilah akhirnya Lopa mendapatkan tambahan dana untuk merenovasi rumahnya.

3. Insinyur Sutami

Sutami juga dikenal sebagai sosok sederhana. Meski menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik selama 14 tahun dari era kepemimpin Soekarno (Orde Lama) hingga era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, Sutami memilih untuk hidup sederhana, alih-alih hidup bermewah-mewahan.

Lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1956 ini dikenal sebagai orang yang berjasa dalam pembangunan Gedung DPR, Jembatan Semanggi, Jembatan Ampera, hingga Bandara Ngurah Rai Bali, sederet infrastruktur besar yang hingga kini menjadi kebanggaan bangsa.

Kendati memiliki jabatan penting, pria pendiam itu ternyata selalu menolak fasilitas menteri dan tidak ingin merepotkan siapa pun.

Bahkan rumah sederhana di Jalan Imam Bonjol, Jakarta dibelinya dengan susah payah dengan cara menyicil dan baru lunas setelah pria kelahiran 19 Oktober 1928 itu pensiun.

Karena terlalu jujur, Sutami sukses menjadi kepercayaan Soekarno dan Soeharto.

Bahkan Presiden Soekarno kerap mengundangnya ke Istana hanya untuk makan bersama. 

Dedikasinya terhadap tugas sebagai menteri tidak diragukan. Dia rela untuk berjalan kaki puluhan kilometer ketika meninjau ke daerah terpencil.

Setelah pensiun, Sutarmi mengembalikan semua fasilitas yang dimilikinya.

Meski pensiunan menteri, Sutami hidup dalam kesederhanaan. Bahkan atas rumahnya sering bocor saat hujan. Dia juga takut dirawat di rumah sakit karena tidak mampu untuk membayar pengobatan.

Presiden Soeharto sempat turun tangan memintanya berobat di luar negeri. Sutami meninggal 13 November 1980 akibat penyakit lever. 

Itulah sederet pejabat jujur tapi tak punya harta di Indonesia. ***