Menu

Sejarah Masjid Cut Meutia di Jakarta, Sempat Ingin Dirobohkan

Devi 6 Apr 2023, 11:01
Foto : Suara.id
Foto : Suara.id

RIAU24.COM - Dekat Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat, ada sebuah masjid yang berdiri di tepi jalan raya dengan bangunan klasik peninggalan zaman Belanda. 

Masjid Cut Meutia namanya.

Di Masjid Cut Meutia, kamu akan melihat arsitektur khas Belanda berpadu dengan seni kaligrafi Islam. 

Berbagai tulisan Arab tampak menghiasi dinding masjid yang kokoh. 

Tempat ibadah yang terletak di Jalan Taman Cut Meutia Nomor 1, Jakarta Pusat, itu menyimpan sejarah panjang dari zaman penjajahan, kemerdekaan, hingga saat ini. 

 "Sejarahnya sangat panjang, dari zaman kolonial, kemerdekaan, revolusi, reformasi, sampai sekarang Masjid Cut Meutia sudah melewati masa-masa perubahan Indonesia," kata penjaga masjid Derisman, saat ditemui di lokasi, Sabtu (1/4/2023). 

Menariknya, karena bagunan dari awal tidak dirancang sebagai tempat ibadah, begitu dijadikan masjid arah kiblat di dalamnya harus dibuat dibuat miring 15 derajat dari sisi tembok bangunan. 

Saat pertama dibangun, gedung yang dulu juga disebut Gedung Boplo ini awalnya berfungsi sebagai kantor biro arsitektur Belanda bernama N.V. De Bauploeg yang selesai dibangun tahun 1912. 

"Dulu sebelum menjadi masjid, gedung ini dinamakan Gedung Boplo kalau orang Belanda bilang, tujuannya sebagai kantor pusat dari perusahaan New Gondangdia, semacam perusahaan perumahan di kawasan Menteng sekitar, itu dibangun dari tahun 1910," terangnya. 

Bangunan itu pun terus berganti fungsi seiring berjalannya waktu. 

Pernah difungsikan sebagai kantor pos milik Belanda, lalu kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan Kantor Angkatan Laut Jepang. 

Derisman bercerita, setelah masa kemerdekaan, Presiden pertama Republik Indonesia (RI), Soekarno juga sempat menjadikan bangunan ini sebagai kantor Dinas Perumahan Rakyat. 

Setelah itu, bangunan kembali beralih fungsi sebagai kantor Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), yang dipimpin oleh Jenderal A.H. Nasution.

"Pasca-kemerdekaan, ini menjadi kantor DPR-MPR pertama di Indonesia sebelum berpindah di Senayan, diketuai oleh Jenderal A.H. Nasution," ujarnya. 

Bahkan, atas inisiasi sang Jenderal pula lah gedung ini dijadikan bangunan cagar budaya. 

Lalu, setelah kantor MPRS dipindahkan ke kawasan Senayan, A.H. Nasution tidak ingin gedung itu difungsikan kembali menjadi sebuah kantor. 

Dia meminta agar gedung dimanfaatkan sebagai sebuah masjid. Kendati begitu, gedung tersebut tidak langsung diresmikan sebagai masjid. 

Barulah, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987, bangunan tersebut resmi menjadi sebuah masjid. Sempat ingin dirobohkan Derisman mengatakan, sekitar tahun 1980-an, ada wacana bangunan ini akan dirobohkan pada masa kepemimpinan Presiden kedua RI, Soeharto.

"Kenapa? Karena ada pembangunan rel kereta api di belakang masjid. Dulu rel kereta itu dari Cikini harusnya langsung lurus menuju ke Gambir, ini karena ada Masjid Cut Meutia, jadi gedung ini harus dirobohkan," terangnya. 

Usul untuk merobohkan bangunan masjid pun menuai banyak pertentangan dari masyarakat dan tokoh-tokoh sekitar. Masjid pun tetap berdiri kokoh sampai saat ini. 

Sementara itu, untuk nama Cut Meutia diambil dari jalan yang berada di dekat gedung tersebut. 

Kini Masjid Cut Meutia resmi menjadi gedung yang dilindungi sebagai gedung cagar budaya, sejak tahun 1961.  ***