Setidaknya 12 Narapidana Tewas Setelah Bentrokan Geng di Penjara Ekuador
RIAU24.COM - Setidaknya 12 narapidana tewas di penjara Ekuador setelah bentrokan pecah antar geng, menurut laporan media yang mengutip pejabat.
Kekerasan mematikan terbaru di tengah serentetan insiden terjadi pada hari Jumat (14 April), lapor kantor kejaksaan pada hari Sabtu, di penjara kota Guayaquil yang dikenal sebagai La Penitenciaría atau Lembaga Pemasyarakatan Litoral, yang dikatakan sebagai penjara paling berbahaya di negara ini.
"Penyelidikan telah dibuka untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas kematian 12 narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan Litoral di Guayaquil," kata kantor kejaksaan di Twitter, sehari setelah bentrokan pecah.
Demikian pula, agen penjara SNAI mengatakan kepada wartawan bahwa melalui penggunaan teknologi, ditetapkan (bahwa) 12 orang meninggal.
Ia menambahkan bahwa kantor kejaksaan dan polisi berada di penjara untuk mengidentifikasi mayat, lapor Reuters .
Insiden ini terjadi setelah enam tahanan ditemukan digantung, pada hari Rabu, di penjara yang sama, di sebuah kota yang dilaporkan dilanda kekerasan terkait dengan perdagangan narkoba.
Keesokan harinya, setidaknya tiga penjaga penjara tewas di luar kompleks lembaga pemasyarakatan. Ini diikuti pada hari Jumat di mana dalam insiden terpisah, setidaknya tiga tahanan terluka dalam baku tembak di Lembaga Pemasyarakatan Litoral.
Ekuador dilanda kerusuhan penjara
Negara Amerika Selatan itu telah menyaksikan peningkatan insiden semacam itu yang telah menyebabkan kematian ratusan narapidana, sementara pemerintah mengaitkannya dengan bentrokan antara geng narkoba yang memperebutkan wilayah dan kontrol.
Namun, delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, tahun lalu, menemukan bahwa kekerasan di penjara Ekuador disebabkan oleh pengabaian sistem penjara selama bertahun-tahun, lapor Reuters.
Sejak awal 2021, lebih dari 400 tahanan telah dibunuh, sebagian besar ditemukan terpotong-potong dan dibakar sementara setidaknya delapan pembantaian tercatat di penjara-penjara ini.
Pasalnya, kota pelabuhan negara itu juga menjadi episentrum peredaran narkoba di Ekuador yang juga menjadi tempat transit kokain ke Eropa dan Amerika Serikat.
Sementara itu, Presiden Ekuador Guillermo Lasso, yang saat ini sedang menghadapi sidang pemakzulan atas tuduhan korupsi, dilaporkan gagal mengatasi meningkatnya kekerasan di negara tersebut.
Awal bulan ini, pemerintah mengubah keputusan yang memungkinkan warga menggunakan senjata api dan semprotan merica, mengingat meningkatnya kekerasan.
(***)