Menu

Joe Biden Bicarakan ‘Akhir’ Kim Jong-Un dengan Pemimpin Korea Selatan

Amastya 27 Apr 2023, 16:59
Presiden AS Joe Biden, ibu negara Jill Biden dengan rekan Korea Selatan mereka di Gedung Putih pada 26 April 2023 /@JoeBiden
Presiden AS Joe Biden, ibu negara Jill Biden dengan rekan Korea Selatan mereka di Gedung Putih pada 26 April 2023 /@JoeBiden

RIAU24.COM Presiden AS Joe Biden memperingatkan pada hari Rabu, 26 April, bahwa rezim pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan lenyap jika dia melancarkan serangan nuklir ke Amerika Serikat atau sekutunya.

Pyongyang telah menegaskan agresi nuklirnya di semenanjung Korea dalam beberapa pekan terakhir dengan mengklaim pengembangan pesat Rudal Balistik Antar Benua (ICBM) bersenjata nuklir.

Berdiri di samping Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Gedung Putih, Biden mengatakan bahwa setiap serangan seperti itu oleh Pyongyang akan dianggap tidak dapat diterima oleh Amerika Serikat.

"Serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutu atau mitranya tidak dapat diterima dan akan berakibat pada akhir rezim apa pun yang mengambil tindakan seperti itu," kata Biden dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

Kedua negara akan memperkuat tanggapan terhadap ancaman nuklir Korea Utara yang terus-menerus.

Mereka melakukan kesepakatan yang mencakup rencana untuk merapatkan kapal selam bersenjata nuklir AS di Korea Selatan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 40 tahun, meningkatkan pelatihan antara kedua negara dan meningkatkan berbagi informasi antara kedua negara.

Dalam konferensi pers bersama dengan Presiden AS Joe Biden, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan pada hari Rabu bahwa perdamaian dengan Korea Utara akan terwujud melalui kekuatan dan bersumpah bahwa setiap tanggapan terhadap serangan nuklir akan mencakup senjata atom AS.

"kita dapat mencapai perdamaian melalui keunggulan kekuatan yang luar biasa dan bukan perdamaian palsu berdasarkan niat baik pihak lain," kata Yoon.

"Perdamaian berkelanjutan di Semenanjung Korea tidak terjadi secara otomatis," tambahnya.

Para pejabat AS mengatakan bahwa apa yang disebut Deklarasi Washington dirancang untuk menghilangkan ketakutan Korea Selatan atas program senjata nuklir Korea Utara dan untuk mencegah negara memulai kembali program nuklirnya sendiri.

Korea Selatan menghentikan program nuklirnya hampir 50 tahun yang lalu ketika menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Yoon awal tahun ini mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklirnya sendiri atau meminta AS untuk menempatkannya kembali di Semenanjung Korea.

(***)