Menu

Sejarah Candi Borobudur, Lokasi Perayaan Hari Raya Waisak 2023

Devi 14 May 2023, 14:16
Sejarah Candi Borobudur, Lokasi Perayaan Hari Raya Waisak 2023
Sejarah Candi Borobudur, Lokasi Perayaan Hari Raya Waisak 2023

RIAU24.COM - Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menjadi lokasi perayaan hari raya Waisak nasional pada Minggu (4/6/2023). 

Sejumlah persiapan dilakukan untuk merayakan Waisak, salah satunya adalah menyambut kedatangan 31 biksu dari Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.  

Puluhan biksu tersebut akan berjalan kaki menuju Candi Borobudur sejauh puluhan ribu kilometer. 

Mereka berjalan dari satu titik ke titik lainnya untuk membangun rasa perdamaian dan persaudaraan umat manusia di dunia.
 
"Finish-nya (jalan kaki) tanggal 4 Juni nanti saat Perayaan Waisak di Candi Borobudur," kata Ketua Yayasan Pancaran Tridharma Kota Bekasi Ronny Hermawan dikutip dari Kompas TV. 

Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Candi Borobudur yang menjadi lokasi perayaan Waisak 2023? 

Candi Borobudur merupakan peninggalan Budha terbesar di dunia yang dibangun oleh Dinasti Syailendra pada 780-840 Masehi.

Sosok pendiri candi tersebut adalah Samaratungga yang berkuasa di Dinasti Syailendra pada tahun 782-812 Masehi.

Menurut catatan Badan Otorita Borobudur, Dinasti Syailendra yang memulai pembangunan candi itu menggunakan Borobudur sebagai tempat pemujaan Buddha dan lokasi ziarah.

Candi Borobudur berisi petunjuk supaya manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia supaya mereka menuju pencerahan dan kebijaksanaan menurut Buddha.

Candi tersebut dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha dengan bentuk bangunan kotak. 

Selain itu, Candi Borobudur juga memiliki 4 pintu masuk dan 3 titik pusat berbentuk lingkaran. 

Meski dibangun pada 780-840 Masehi, Candi Borobudur sempat terkubur hingga keberadaannya tidak diketahui. 

Barulah pada 1814, lokasi Candi Borobudur diketahui ketika Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stanford Raffles mengadakan kegiatan di Semarang, Jawa Tengah. 

Pada saat itu, Raffles mendapat kabar bahwa telah ditemukan susunan batu bergambar di daerah kedu. 

Kabar tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mengirim seorang Belanda bernama Cornlius untuk melakukan pembersihan.

Pembersihan Candi Borobudur dilakukan oleh Residen Kedu bernama Hartman pada 1835. Ia juga melakukan penelitian khusus terhadap stupa. 

Setelah itu, utusan bernama Wilsen melalukan dokumentasi berupa gambar bangunan Candi Borobudur selama 4 tahun sejak tahun 1849. 


Dokumen foto kemudian dibuat oleh Van Kinsbergen pada 1873. 

Candi Borobudur yang sempat terkubur selanjutnya dipugar oleh pemerintah Hindia Belanda dan Indonesia pada periode yang berbeda. 

Pemugaran pertama dilakukan pada 1907-1911 yang biayanya ditanggung oleh pemerintah Hindia Belanda. 

Tujuan pemugaran difokuskan pada bagian puncak candi, yakni tiga teras bundar dan stupa pusatnya. 

Sayangnya, pada saat itu stupa tidak dapat dipasang kembali karena beberapa batu tidak dapat ditemukan. Pemugaran pertama juga dilakukan di bagian bawah yang bersifat tambal sulam, seperti perbaikan/pemerataan lorong. 

Pemugaran pertama juga melibatkan perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran sehingga bagian ini masih terlihat miring. 

Candi Borobudur selanjutnya dipugar untuk kedua kalinya pada 1973-1983 oleh pemerintah Indonesia dibantu dengan UNESCO. 

UNESCO memberikan bantuan karena Indonesia terdaftar sebagai negara anggota PBB, yang secara otomatis menjadi anggota organisasi ini. 

Lewat UNESCO, Indonesia mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan Candi Borobudur. 

Berawal dari situ diperolehlah dana dari Pelita dan dana UNESCO. 

Lalu, pada 1975 dimulailah pemugaran secara total. 

Pemugaran meliputi: 

Tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi. 

Pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap air di dalam konstruksinya. 

Pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang sudah bersih dari jasad renik, seperti lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya, ke bentuk semula. 

Candi Borobudur mempunyai 1.460 panel relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panel.

 
Dilansir dari laman Borobudur Park, berikut bagian-bagian Candi Borobudur: 
1. Kamadhatu 
Kamadhatu menggambarkan menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat yang terdiri dari 160 relief. Relief tersebut menunjukkan sifat dan nafsu manusia, seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan, dan fitnah.
2. Rupadhatu 
Bagian ini terdiri dari galeri ukiran relief batu dan patung Buddha yang secara keseluruhan ada 328 patung Buddha dengan hiasan relief pada ukirannya. 
Catatan Sansekerta menunjukkan, Rupadhatu terdiri dari 1300 relief yang berupa Gandhawyuha, Lalitawistara, Jataka dan Awadana. Seluruhnya membentang sejauh 2,5 km dengan 1212 panel.
3. Arupadhatu 
Arupadhatu terdiri dari tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke kubah di bagian pusat atau stupa yang menggambarkan kebangkitan dari dunia. Namun, tidak ada ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi. 
Serambi pada bagian ini terdiri dari stupa berbentuk lingkaran yang berlubang, lonceng terbalik, berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. 
Arupadhatu juga memiliki 72 stupa secara keseluruhan dengan stupa terbesar berada di tengah dengan tinggi 42 meter di atas tanah dengan diameter 9,9 meter.  ***